
Mereka menolak rencana
pemekaran di tanah Papua dan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat
(UP4B) yang dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mengorbankan
rakyat kecil contoh konkrit sementara ini terjadi di kabupaten Tolikara Papua.
"Dalam aksinya,
mahasiswa Papua yang tergabung dari berbagai suku itu menggelar tari-tarian
khas daerahnya di tengah ruas Jalan Jenderal Sudirman. Dua diantara pengunjuk
rasa mengenakan koteka.
Menurut koordinator
aksi, Tarsius Pimsokom, selain menolak kehadiran Unit Percepatan Pembangunan
Papua dan Papua Barat (UP4B) yang dibentuk pemerintah pusat dan rencana
pemekaran di Papua, mahasiswa Papua juga meminta segera dilaksanakan dialog
tripartit antara Amnesty Internasional, Pemerintah Indonesia dan Rakyat Papua.
Dan meninta Referendum ulang untuk rakyat Papua sendiri menentukan Nasib sendiri di negeri mereka.
"Kami tidak
butuh UP4B dan Pemekaran dan Bentuk Tawaran bentukan pemerintah Indonesia. Unit
ini sama saja dengan Otonomi Khusus yang sudah ditolak rakyat Papua," ujar
Tarsius.
Tarsius menjelaskan,
masyarakat butuh Dialog Segitiga, Reverendum, dan Pengakuan Kedaulatan Papua
BArat. "Bukan emas atau uang. Hanya minta segera dilaksanakan dialog
tripartit antara Amnesti Internasional dengan pemerintah Indonesia dan rakyat
Papua," tambahnya.
Mahasiswa juga
menganggap Perjanjian Roma, Perjanjian New York, dan Penentuan Pendapat Rakyat
1969 (Pepera) merupakan awal penindasan pemerintah Indonesia pada rakyat Papua
hingga saat ini.**(Umagi/Ago)
Sumber: Detik