WAMENA(
UMAGI)—Kerusuhan Wamena
berdarah kembali terjadi di atas Tanah
Papua, kali ini di Pasar Sinakma Wamena Jayawijaya Papua, Rabu 22 Februari
sekitar pukul 16.00 WIT. Akibat kerusuhan, 1 anggota TNI tewas dan satu lagi
luka-luka. Sementara Wakil Bupati Jayawijaya juga dikabarkan terkena panah.
Danrem 172 /PWY Kolonel Inf Ibnu Triwidodo
menjelaskan, kerusuhan dipicu dari persoalan sepele. “Rusuh akibat persoala
kecil yang buntutnya kemudian melibatkan ratusan warga. Salin serang,”jelasnya.
Sesuai laporan yang diterima, kata dia,
kronologis peristiwa berawal ketika salah seorang warga naik ojek, namun,
setibanya di Pasar Sinakma, warga yang identitasnya hingga kini belum
diketahui, tidak membayar ojek. Lantas tukang ojek marah dan memukulinya.
Penumpang ojek kemudian pulang ke kampungnya, dan
tidak berapa lama kembali ke Pasar Sinakma bersama ratusan warga. Mereka
kemudian menyerang warga disekitar pasar. Akibatnya terjadi saling serang.
“Ratusan warga itu menyerang orang disekitar pasar dengan peralatan parang dan
panah, sehingga kerusuhan pecah,” jelasnya.
Tidak jauh dari lokasi kerusuhan ada perumahan
anggota Kodim Wamena. Melihat kerusuhan, sejumlah anggota Kodim turun untuk
menghentikan kerusuhan. Namun sial, malah mereka yang menjadi sasaran. “Anggota
yang tewas atas nama Serma Bambang, kepalanya di bacok, sedangkan Serka Andi
terkena lemparan batu,” ungkapnya.
“Namun
keduanya justru menjadi sasaran kerusuhan amuk warga. Serma Bambang terkena
bacok di kepalanya, sedangkan Serda Adi mengalami luka terkena panah. Karena
luka yang sangat serius, Serma Bambang akhirnya meninggal dunia di RSUD Wamena,
sedang Serda Adi kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit yang sama,”
paparnya.
Akibat kejadian tersebut, pistol organik Serma Bambang sempat direbut warga, meskipun akhirnya dikembalikan oleh masyarakat ke Kodim 1702/Jaya Wijaya.
Serma Bambang meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Pria asal Tanah Toraja ini sehari-hari dikenal sebagai prajurit disiplin, loyal kepada atasan dan rekan-rekannya, serta dekat dengan masyarakat.
Gugurnya prajurit Intelijen Korem 172/PWY merupakan risiko tugas yang tidak dapat dihindari. Seberapa pun tindakan yang dilakukan oleh Serma Bambang dan rekannya, merupakan bentuk tanggung jawab atas tugas yang dijalankan.
“Pimpinan TNI turut berduka cita atas gugurnya Serma Bambang, anggota Tim Intel Korem 172/PWY dalam pengabdian tugas kepada bangsa dan negara, semoga keluarga yang ditinggalkan tetap tabah, sabar dan ikhlas menerimanya,” tutupnya.
Korban
luka akibat bentrok warga di ibu kota Kabupaten Jaya Wijaya, Wamena, sebanyak
tujuh orang.
Selain tiga anggota TNI, ada tiga polisi Polres Jaya Wijaya yang menderita luka pukulan benda tumpul dan sabetan senjata tajam. Satu korban lagi adalah wakil Bupati Jaya Wijaya Jhon Richard Banua.
“Dari kasus tersebut satu MD (meninggal dunia) ajudan wabup, luka sebanyak tujuh, termasuk wabup,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution di Mabes Polri.
Sampai saat ini, pihak masyarakat warga sipil yang korban belum di ketahui, perkiraan banyak yang korban luka robek. menurut warga sipil setempat.
Selain tiga anggota TNI, ada tiga polisi Polres Jaya Wijaya yang menderita luka pukulan benda tumpul dan sabetan senjata tajam. Satu korban lagi adalah wakil Bupati Jaya Wijaya Jhon Richard Banua.
“Dari kasus tersebut satu MD (meninggal dunia) ajudan wabup, luka sebanyak tujuh, termasuk wabup,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution di Mabes Polri.
Sampai saat ini, pihak masyarakat warga sipil yang korban belum di ketahui, perkiraan banyak yang korban luka robek. menurut warga sipil setempat.
Tiga
personel Sabhara Polres Jaya Wijaya yang luka adalah Bripka Mahfud Amri,
Brigadir Sunarto, dan Briptu Yanto Omopa.
Saud menjelaskan Pos Polisi Sinagma diserang setelah salah satu kelompok
menerima kabar bahwa orang yang menganiaya rekan mereka sudah diamankan polisi
sekira pukul 15.00 WIT.
“Kemudian
beredar isu di kalangan masyarakat bahwa yang memalak itu sudah diamanakan di
Pospol Sinagma, sehingga 200 orang lebih datang ke pospol cari pelaku tadi.
Oleh petugas kepolisian di sana, sudah disampaikan pelaku belum diketahui,”
jelas Saud.
Namun massa tidak menerima bahkan menuduh polisi menyembunyikan pelaku. Akhirnya ada provokasi agar massa menyerang polisi.
Sekira
jam 16.00 WIT Bupati Jaya Wijaya Jhon Wempy Wetipo mendatangi lokasi sekaligus
menenangkan massa. Tak lama kemudian datang Jhon Richard Banua beserta tiga
ajudannya. Akan tetapi rombongan wakil bupati malah diserang massa. Saud
memastikan akan proses hukum terkait kekerasan ini, namun pihaknya masih
menunggu situasi benar-benar kondusif. “Coba persuasif dulu biar tidak timbul
hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya. (Umagi
Ago)
Sumber : BintangPapua, Okezone.