ASMAT (UMAGI)-- Wilayah Asmat terkenal dengan ukiran kayunya
yang menawan. Motif yang bagus dan tingkat kerumitannya yang tinggi menjadi
nilai lebih. Penasaran? Lihat saja langsung ke Kabupaten Asmat, Papua.
Setiap daerah memiliki hasil kerajinan yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Jika berkunjung ke Papua, Anda pun bisa melihat hasil kerajinan khasnya, ukiran kayu suku Asmat.
Suku Asmat di Papua sudah terkenal sebagai pemahat kayu sejati. Hasil-hasil pahatannya sudah tersohor hingga ke luar negeri. Ukiran kayunya yang rumit menjadi ciri khasnya. Tidak hanya itu, model pahatannya pun tidak biasa. Inilah yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
Dari buku panduan pariwisata Kemenparekraf, ukiran-ukiran kayu hasil karya suku Asmat memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Ini bisa dilihat dari jenis alat yang digunakan untuk memahat, yaitu masih tradisional.
Biasanya, suku Asmat menggunakan kapak batu untuk mengoyak
kayu. Nah, untuk menghaluskan, para pemahat menggunakan taring babi, gigi ikan
atau tiram. Meski alat yang digunakan masih sangat tradisional, ukiran yang
dihasilkan sangat memuaskan dan sempurna. Antik, khas dan elegan.
Untuk model, biasanya yang dibuat adalah ukiran yang
menggambarkan wajah nenek moyang. Tapi bila Anda ingin model lain, suku Asmat
juga bisa membuatnya. Beberapa di antara model lain adalah perahu dan binatang
yang biasa bermain dengan manusia, seperti kasuari.
Selain itu, hasil kerajinan ukiran suku Asmat juga menjadi bagian yang dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Ini bisa dilihat dari benda-benda di sekitar mereka, seperti tiang rumah yang diukir.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui pemahat untuk menghasilan ukiran indah. Pertama, ukiran diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dibentuk. Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan.
Nah, untuk pewarnaan tidak bisa main-main. Bagi suku Asmat, setiap warna memiliki maknanya tersendiri. Warna yang paling sering digunakan adalah merah, hitam dan putih.
Warna merah melambangkan daging, putih berarti tulang, sedangkan hitam melambangkan warna kulit dari suku Asmat. Warna yang digunakan berasal dari tumbuhan di lingkungan sekitar tempat tinggal para pemahat. Begitu pula dengan jenis kayu yang digunakan. Biasanya, para pemahat Asmat menggunakan kayu sagu atau jati.
Selain itu, hasil kerajinan ukiran suku Asmat juga menjadi bagian yang dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Ini bisa dilihat dari benda-benda di sekitar mereka, seperti tiang rumah yang diukir.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui pemahat untuk menghasilan ukiran indah. Pertama, ukiran diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dibentuk. Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan.
Nah, untuk pewarnaan tidak bisa main-main. Bagi suku Asmat, setiap warna memiliki maknanya tersendiri. Warna yang paling sering digunakan adalah merah, hitam dan putih.
Warna merah melambangkan daging, putih berarti tulang, sedangkan hitam melambangkan warna kulit dari suku Asmat. Warna yang digunakan berasal dari tumbuhan di lingkungan sekitar tempat tinggal para pemahat. Begitu pula dengan jenis kayu yang digunakan. Biasanya, para pemahat Asmat menggunakan kayu sagu atau jati.
Jika sedang berlibur ke Papua, jangan lewatkan kesempatan
untuk melihat hasil kerajinan ini. Hasil ukiran hasil suku Asmat ini juga bisa
Anda beli lho! Tapi jangan kaget saat mengetahui harganya. Ya, harga yang
ditawarkan untuk hasil kerajinan unik ini cukup beragam, bisa mencapai jutaan
rupiah, tergantung ukuran dan kerumitan pahatan.
Saat ini, aneka hasil kerajinan suku Asmat bisa Anda temui di
setiap tempat wisata. Kerajinan ini telah menjadi oleh-oleh khas di Papua. Jika
ingin melihat langsung pembuatannya, datang saja ke sentra pembuatan di
Kabupaten Asmat. Biasanya, suku Asmat berada di daerah Teluk Flamingo dan Teluk
Cook, pantai sebelah barat daya Papua. (Andy u. Gby)*
Sumber: Detik.com
Bukti fisik foto Desain ukiran Asmat
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!