Menurut (Jack Donnely), hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Sementara (Meriam
Budiardjo), berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki
manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di
dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat
universal.
Hak asasi manusia juga terdapat banyak makna
yakni; Hak hidup, Hak Bersura/berbicara, dan berhak untuk Menentukan Nasib
Sendiri, sebagai sebuah Negara. Bahwa sesunggunya Kemerdekaan adalah Hak segala
Bangsa di atur dalam Undang-undang dasar 1945 dan Undang-undang Internbasional.
Negara punya tugas dan tanggung
jawab adalah menjaga dan melindungi Rakyatnya pasal
30 UUD 1945. Pasal 30 UUD 1945 terdiri dari 5 ayat Salah satunya “Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum”, tetapi Aparat keamanan dalam hal
(Tni-Polri) melakukan Proyek Berdarah di Tanah Papua. Kenyataannya
Hukum Negara (Indonesia) bisa di bayar dengan Rupiah “Uang”.
Negara piara Pelanggaran hak
Asasi Manusia (HAM) Papua, berawal pasca aneksasi Papua ke dalam Indonesia
Sejak 1961. Proses pengintegrasian Papua ke
dalam wilayah Indonesia melalui cara-cara yang tidak beradab (tidak
Manusiawi). Pemaksaan dengan kekerasan Kekuatan militer menjadi
pilihan waktu itu, hingga sampai saat ini Praktek Kekejaman Militer (Tni-Polri)
masih berlanjut.
Bukti
Kekerasam Militer terhadap rakyat Papua adalah benar-benar murni pelanggaran
Ham Terbesar dunia, Karena Papua memiliki “Gudang Pelanggaran Ham” mulai sejak
tahun 1961-2012 satu kasus pun tidak Pernah selesaikan secara murni Hukum dan
Undang-undang Negara Indonesia, yang adil, Jujur, benar dan Teratur. Tapi
kenyataannya tidak terlaksana dengan baik.
Kekerasan
dan tindakan pelanggaran HAM ini, lanjutnya, dianggap telah menyakiti hati rakyat
Papua sebagai Manusia Ciptaan MAhakuasa. Karena hanya demi vestasi
asing aparat TNI/Polri dengan kejam membunuh rakyat Papua. Hal ini juga
semakin membuktikan bahwa watak rezim SBY-Boediono merupakan anti demokrasi dan
anti terhadap HAM. Cerita tentang korban kekerasan aparat keamanan terhadap
warga sipil di negara ini cukup banyak. Bahkan tak terhitung jumlahnya dan tak
terdata dengan baik.
Selain itu, akibat dari dwifunsi itu melahirkan
penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat. Kita kenal banyak orang mati dibantai
dalam peristiwa G30-S/PKI, Aceh, Tanjung Priok, Lampung, Maluku Pencaplokan
Timor-Timur dan Papua Barat. Banyak orang telah menjadi korban
penculikan, penyiksaan, penghilangan paksa, pemenjaraan, dan juga
perempuan-perempuan menjadi korban perkosaan. Para petani digusur tanahnya dan
mereka mengalami ancaman teror dan intimidasi oleh aparat keamanan.
Sejarah
Bukti fisik kekerasan aparat keamanan (Tni-Polri) khususnya terhadap
rakyat Papua Barat telah dimulai sejak Papua Barat Pada Tahun 1963. sekitar
pada tahun 2000, ELS-HAM Papua melaporkan korban kekerasan aparat keamanan di
sebagai wilayah di Papua Barat. Kabupaten Paniai antara tahun (1968-1998)
tercatat meninggal 614, hilang 13, diperkosa 94; Kabupaten Biak
(1962-1972 dan 1998) meninggal 102, hilang 3, dianiaya 37, ditahan 150;
Kabupaten Wamena (1977), Kecamatan Kelila 201 orang tewas,
Kecamatan Asologaima 126 orang tewas, Kecematan Wosi 148 orang tewas; Kabupaten
Sorong (1965-1999) meninggal 60 orang, hilang 5 orang, diperkosa 7 orang;
dan Kabupaten Jayawijaya (1996-1998) meninggal 137 orang, hilang 2 orang,
diperkosa 10 orang, diniaya 3 orang, di bakar 13 gereja, 13 kampung, 166 rumah
dan 29 rumah bujang serta kabupaten lainnya masih belum terdata dengan baik.
Data
lain menyebutkan bahwa pada tahun 1969 seorang kepala sekolah perempuan di
Sarmi bernama Ester Yanteo ditelanjangani serta di alat kemaluannya
dibakar dengan api rokok. Jemburwo, aparat keamanan memerkosa para
wanita. Aparat keamanan memasukan pasir ke dalam alat kemaluan para
perempuan serta dimasukan ke dalam karung dan kemudian di ceburkan kedalam
laut.
Tahun
1968, 162 orang penduduk Arfak tewas di bunuh aparat keamanan , 28 penggunsi
yang sedang berusaha kembali dibunuh oleh aparat keamanan. Tahun 1970 sebelum
perlakuan buruk terhadap 80 wanita dan anak-ank terjadi seorang wanita yang
sedang hamil bernama, Maria Bonspia, di tembak mati oleh aparat keamanan dan
bayinya dikeluarkan dari perutnya dan dipotong. Saudara perempuan wanita itu
diperkosa dan dibunuh oleh sekelompok aparat keamanan Indonesia.
Rakyat
Papua selanjutnya mendengatar tentang adanya pembantaian 500 penduduk desa di
daerah Lereh. Pada tahun 1970, sejumlah pemimpin desa ditangkap dan
dimasukan dalam helihkopter. Mereka belum pernah naik pesawat dan sangat ketakutan.
Helicopter-helikopter tersebut lepas landas dan terbang melintasi perbukitan
setempat dan mereka dibuang dari ketinggian 300 meter hingga mati tulang
belulang. Pada tahun 1977, pihak aparat keamanan Indonesia menindas
secara keras setiap bentuk perlawanan masyarakat. Seorang wartawam Australia
ketika memasuki suatu daerah diberitahu oleh seorang pegawai pemerintah
bahwa 900 warga yang melawan telah di bunuh oleh aparat keamanan. KOMPAS sebuah
harian terkemuka di Jakarta, memberitakan bahwa sungai Baliem dipenuhi oleh
jasat manusia. Pada tahun 1981, 30.000 lebih orang di bunuh di tanah
Papua. Ketua Presidium Dewan Papua
(PDP) Theys Hiyo Eluay hari Sabtu, 10
November 2001 diculik. Esok harinya, ia
ditemukan telah tewas di Koya tengah, Kecamatan Muara Tami, Kabupaten Jayapura.
Jenazah Theys ditemukan tertelungkup di jok mobil Toyota
Kijang dengan wajah babak belur dan luka di pelipis, dahi, dan leher (2001), Data-data kekerasan aparat
keamanan Indonesia (2000-2006) belum terdata dengan baik.
Hingga
pada kasus penembakan aparat militer dan kepolisian terhadap
penambangan emas tradisional di sekitar areal PT Freeport Indonesia pada Kamis,
24 Mei 2007 pukul 17.00 waktu Papua Barat. Empat orang tertembak mati adalah
(1) Daro Tabuni, (2) Head Tinal, (3) Stefanus Songgonau, dan (4) Anton Jikwa.
Sementara itu, tiga orang yang masuk rumah sakit belum teridentifikasi
identitasnya. Wamena Kasus penembakan terhadap Opinus Tabuni 9 Agustus 2008.
Jayapura kasus Penembakan Mahasiswa Menjelang
Pemilu 2009 Erik Logo (paha dan bagian perut/meninggal dunia, F. Mabel
(meninggal dunia) dan tiga orang lainnya
Luka-luka berat.
PuncakJaya,
Video kekerasan Penyiksaan Warga Sipil Puncak Jaya rekaman situs Youtube
adalah aknum Anggota Tentara (22/10) Jakarta (voa-islam.com) korban
tersebut sudah meninggal Komnas Ham di Papua (12/10).
Kabupaten
Dogiyai (13 April 2011) Polisi mengeluarkan tembakan yang ditujuakan kepada
rakyat sipil hasil dua warga sipil masing-masing Dominikus Auwe (27) dan
Aloysius Waine (25) tewas terkena proyektil.
Akibat
tindakan brutal aparat kepolisian tersebut, menelan korban seorang buruh yang
tertembak dibagian dada kirinya hingga meninggal dan melukai 2 orang buruh yang
terkena peluru karet di bagian punggung serta 2 orang lainnya terluka dibagian
kepala akibat pukulan, serta korban lainnya yang juga mengalami luka.
Jayapura
penembakan brutal Konggres Papua III 19 Oktober 2011 Korban
tewas: 1.James Gobay (25), 2. Yosaphat Yogi (28). 3.Daniel Kadepa (25). 4.
Maxsasa Yewi (35). 5.Yacob Samonsabra (53). 6.Pilatus Wetipo (40). Korban luka
: 1.Ana Adi (40). 2.Miler Hubi (22). 3. Matias Maidepa ( 25). Diperkirakan sekitar 380 orang ditangkap (360 orang
berdasarkan pengakuan Kapolresta kepada tim Kontra pada 25 Oktober).
Penangkapan dilakukan oleh anggota polisi didalam lapangan sepak bola Zakeus
Jayapura Papua (2011).
Degeuwo, penembakan yang berdasarkan data
awal dikabarkan telah menewaskan 8 orang warga sipil. 8 warga Paniai
ditemukan tewas di kawasan tambang Degeuwo. Mereka ditembak polisi pada 13
November 2012 lalu. Menurutnya, berdasar kejadian sebelum bahwa polisi
kerapkali membekingi pemilik perusahaan dan para pengusaha asal luar Papua.
Sementara warga setempat yang tewas karena mencoba mempertahankan tanahnya dari
aktivitas pendulangan emas. Salah satu korban adalah Matias Tenouye
(30), warga yang tertembak di Bayabiru oleh Oknum Brimob.
Paniai,
Data terbaru TPN-OPM menyebutkan, enam orang juga terluka
terkena peluru tajam. “Penembakan saat itu membabi buta. TNI-POLRI diserang
dari helikopter, juga dari darat. ABRI masuk dan menembak siapa saja yang ada
di depan,” kata Leo Yeimo, juru bicara Tentara Pertahanan Nasional Organisasi
Papua Merdeka Divisi II Makodam Pemka IV Paniai, Kamis, 15 Desember 2011.
(Media: Tabloidjubi, Papuapos)
Korban meninggal menurut versi TPN-OPM, yakni Tapupai Gobay, 30 tahun, terkena tembakan di
dada; Tawe Awe Bonai (30), kepala hancur; Uwi Gobay (35), tertembak di perut;
Wate Nawipa (25), tertembak di bagian punggung; Martinus Gobay (29), kepala
hancur; Owdei Yeimo (35), terkena di punggung; Ruben Gobay (25), tertembak di
perut; Paulus Gobay (42), tertembak di perut; dan Bernadus Yogi (23) tertembak
di dada, Selain itu, Damianus Yogi (15), tertembak di punggung; Simon Kogoya
(40), tertembak di perut; Simon Yogi (30), tertembak di kepala; Lukas Kudiai
(25), tertembak di dada; dan Alfius Magai (20), kepala hancur.
Sementara korban luka, yakni Paskalis Kudiai (15), terserempet peluru di bagian kepala; Martinus Kudiai (30) tertembak di tangan; Daud Mote (40), tertembak di paha; Amandus Kudiay (43), terluka di lengan; Yohan Yogi (21) di bagian kaki; dan Mon Yogi (20) tertembak di punggung . (Vivanews, inilah.com, Bintangpapua.com)
Sementara korban luka, yakni Paskalis Kudiai (15), terserempet peluru di bagian kepala; Martinus Kudiai (30) tertembak di tangan; Daud Mote (40), tertembak di paha; Amandus Kudiay (43), terluka di lengan; Yohan Yogi (21) di bagian kaki; dan Mon Yogi (20) tertembak di punggung . (Vivanews, inilah.com, Bintangpapua.com)
Puncakjaya, wartawan
Papua Pos Nabire grup surat kabar harian Pasifik Post, Leiron Kogoya yang
tertembak di leher di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Minggu (8/4). Aparat
Militer tidak perungkap siapa pelakunya belum berasil tangkap pelakunya. (Papuapos.com)
Jayapura, Selasa, 1 Mei 2012 ketika ribuan buruh
berdemonstrasi menuntut kesejahteraan di berbagai kota, ada sekelompok
aktivis pro Papua merdeka di Tanah Papua memanfaatkannya untuk
berdemonstrasi menuding Indonesia telah menduduki Tanah Papua secara ilegal melalui
referendum (PEPERA tahun 1969) yang dinilainya penuh rekayasa.
Dua
media online lokal Papua (tabloidjubi.com dan suarapapua.com) memberitakan,
seorang mahasiswa STIE Port Numbay bernama Thei
Karoba (26 tahun)
tertembak di perut saat pulang demo 1 Mei bersama kelompok massa yang digerakan oleh
Komite Nasional Papua Barat (KNPB) pimpinan Mako Tabuni dan Buchtar Tabuni
itu. Korban sudah meninggal dunia dan sejak tadi malam pukul 22.00 WIT
jenazahnya sudah di bawa ke Asrama (mahasiswa) Tolikara, tempat tinggal korban
selama ini.
Menurut
saksi korban, Mako Tabuni (ketua I KNPB) yang adalah pemimpin demo itu
sendiri, saat penembakan terjadi, korban sedang berada di
atas truck yang mengangkut massa pendemo pulang. Tembakan datang dari
arah depan oleh orang tak dikenal. Lokasi penembakan persis antara Kampus
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) dengan Markas Korem di Padang
Bulan, Abepura. Saya coba membaca secara jeli kronologi peristiwa
penembakan tersebut, dengan menggunakan dua sumber berita media online loka
tadi. Saya menemukan beberapa
kejangggalan. (suarapapua.com). Dalam
kasus penembakan di Papua, kepolisian dianggap tak pernah mengumumkan siapa
pelaku sebenarnya.
Nabire, Dua orang warga sipil, Selvina Muyapa dan
Melianus Nawipa dipukul oleh aparat Kepolisian Resort Nabire, ketika terlibat
dalam aksi demo menolak kehadiran Letjen TNI (Purn) Bambang Darmono bersama
rombongan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) di Kabupaten
Nabire, Papua, Kamis (10/05/2012).
“Kedua orang itu dapat pukul dari aparat kepolisian saat demo tolak kedatangan Bambang Darmono dan team UP4B dari Jakarta,” kata Yones Douw, salah satu kordinator aksi. Menurut Yones, saat terjadi pembicaraan antara aparat kepolisian dengan massa aksi, sempat terjadi keributan kecil akibat kesalahpahaman, sehingga terjadi benturan fisik yang dilakukan oleh aparat kepolisian. (umaginews.com, Tabloidjubi.com)
Yapen Serui, Pembakaran Rumah warga dan
Penangkapan Aktivis Papua Merdeka (29 Mei 2012)oleh oknum aparat Militer (Tni-Polri) dalam Operasinya
di kampung Wanampompi Kecamatan Angkaisera, Pihak Penegak dan pelindung rakyat
ini melakukan tindakan pembakaran rumah warga dan menyita 2 buah bendera
Bintang Kejora, 2 Parang, 1 Senjata angin milik warga.Selain mengambil barang
barang tersebut, Pihak TNI/Polisi juga menangkap 1 orang warga masyarakat yang
menurut Polisi /TNI adalah TPN/OPM bernama (Tn. John Nuntian). Setelah
menangkap Tn.Jhon Nuntin dan Barang barang tersebut Pihak TNI/Polisi membawanya
ke Mabes Polresta. (Tabloidjubi.com
vivanews.com)
Degeiwo Paniai, "Kasus Tertembaknya 5 warga sipil
di Degeuwo, 15 Mey 2012" pada jam 18.30, di tempat bilyard milik Ibu Yona
datang beberapa orang Pemuda asal Suku Wolani, yaitu; Selvius Kegepe (19Th),
Lukas Kegepe (18 Th), Amos Abaa (17 th), Markus Abaa (16 Th), Obeth
Kegepe (30 Th), Habel, mereka ini datang dari Lokasi 81 (Tempat kerja mereka,
karena mereka karyawan disana) setelah mereka bekerja, ada diantara mereka
ingin bermain bilyard ada juga yang sekedar menonton saja, setelah kami tiba di
tempat bilyard, saat itu kami lihat tidak ada orang bermain bilyard dan meja
bilyard tertutup oleh karpet, (tidak seperti yang diberitakan bahwa ada orang
sedang bermain) karena sudah akrab dengan ibu yona. Korban di areal pertambangan Ilegai
Menurut Kepala Suku Matias Nagapa, bahwa
pada Rabu (15/05) sekitar pkl 17.00 WIT telah terjadi konflik antara anggota
Brimob dengan masyarakat di Lokasi 45 dan Lokasi 99 . Sesuai data
yang diterima Ketua LPMA Swamemo, Thobias Bagubau, bahwa dalam keributan
tersebut timbul korban 1 orang meninggal dunia atas nama Melianus Abaa (40),
akibat luka tembak di dada tembus belakang. Selain itu juga mengakibatkan dua
korban luka, yaitu Lukas Gegepe (30), luka tembak di perut, dan sedang dalam
perawatan, dan satu korban lagi atas nama Amos Gegepe (30), yang menderita luka
tembak di kaki.(Bintangpapua.com,
vivanews.com. suarapapua.com)
Jayapura, Penembakan terhadap warga
negara Jerman terjadi di pantai wisata BASE’G Jayapura. Warga Negara Jerman
tersebut bernama (Pieter Dietmar Helmut). Pieter
diberondong dengan senjata api dan peluru dari jarak 10 meter saat korban
bersama isterinya, Medina Pachon, sedang menikmati liburan di lokasi wisata
pantai tersebut.Akibat penembakan ini Peluru menembus paha dan dada warga
Jerman. Penembakan oknum Aparat Militer (Tni-Polri) tersebut terjadi pada (29/05/2012).
(metrotvnews.com,
Suarapapua.com, tabloidjubi.com)
Jayapura Senin tanggal (4 Juli 2012),saat KNPB-Komite
Nasional Papua Barat yang melakukan aksi damai untuk menyikapi kekerasan dan
Penembakan yang kerap terjadi di Seluruh ditanah Papua dan belum semuanya di ungkap oleh Polisi, Aparat
gabungan (Tni- Polri) di bawah pimpinan Wakapolda Papua Paulus Waterpauw,
menghadang masa aksi di Waena,Abepura agar tidak melakukan aksi damai tersebut.
Melihat itu KNPB melakukan pembicaraan dengan pihak keamanan
dan keamanan menolaknya dengan cara membabi buta dan menembak mati dua orang
Sipil Orang Asli Papua (OAP) yakni, (Vanuel
Taplo) dan (Jeck Mirin) yang berasal dari distrik Kiwirok dan Eipumek Kabupaten
Pegunungan Bintang. Sedangkan Tanius Kalakmabin yang berasal dari Distrik
Kiwirok Pegunungan Bintang juga sedang dalam keadaan kritis. Sementara ratusan
orang luka-luka karena terjatuh dan juga kena pukulan aparat Polisi dan
TNI.Paulus Waterpauw adalah seorang yang pernah memimpin juga dalam kasus
Abepura berdarah.
Fakta dan nyata Kekejaman dan Kekerasan Penindasan Militer
(Tni-Polri) serta Sistim Negara Indonesia
Sejak Rezim (Suharta) masa orde lama dengan Sistimnya, Papua di jadikan
sebagai Daerah Operasi Militer (Dom) dan Transmirasi besar-besaan. hingga masa
orde baru Rezim (Susilo B. Yudoyono) diterapkan sistim “Militerisasi” Organik
maupun Non organik, pada prinsipnya Pemusnaan Etnis Malanesia Khususnya Orang Asli
Papua (OAP) di Papua Barat. (Andy U. ogobay)
Sumber: Tabloidjubi.com, vivanews.com,umaginews.com, suarapapua.com, bintangpapua.com, facebook, buku yoman, buku Beni Giay, Materi Seminar Amp, Google, Sms,
FOTO-FOTO MILITER MENINDAS DAN MENEMBAKRAKYAT PAPUA DI PAPUA BARAT
penyerangan terhadap markas Tpn-Opm Devisi II Makodam IV Paniai tni-polri menggunakan pesawat helycopter ini ..
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!