Friday, April 6, 2012

Tetap Terjaga Ditengah Kekerasan Hidup: Sebuah Refleksi Dalam HUT ke 50 Gereja Kingmi Papua

Mypapua     11:02 AM   No comments

By. Naftali Edoway

JAYAPURA (UMAGI)-- Dalam tulisan singkat ini, saya mencoba menggambarkan beberapa tantangan yang dihadapi gereja dan warganya dalam melaksanakan amanat Kristus di tanah Papua.

50 tahun yang lalu tepatnya tanggal 6 April 1961 gereja Kingmi berdiri. Dalam situasi politik di tanah Papua yang tak menentu terutama adanya ketegangan antara Belanda dan Indonesia mengenai status Papua, gereja ini berkomitmen untuk berkipra melayani jiwa-jiwa di seluruh tanah Papua.


Dalam pelayanannya gereja dan umat telah mengalami berbagai tantangan. Mereka menghadapi rimba yang berat, menyeberangi sungai yang deras, menaiki gunung yang terjal, dll hanya untuk memberita injil pertobatan, injil yang memberikan pengharapan hidup bagi semua umat manusia. Dalam waktu yang bersamaan mereka juga menghadapi situasi sosial politik yang ganas. Mereka dihadapkan dengan deklarasi 1 Juli 1961, Pepera 1969, dan berbagai operasi militer sejak 1961 hingga kepada kebijakan negara yang merampas hak-hak kesulungan mereka.

Warga gereja Kingmi yang bertempat tinggal di sekitar gunung nemangkawi harus berhadapan dengan kekuatan kapitalis di bawah payung PT.Freeport yang hadir tanpa permisi dan menghancurkan semua sumber hidup dan diri mereka. Mereka berhadapan dengan kekuatan militer yang mengawal perusahan ini ketika mereka menuntut penghargaan atas hak-hak hidup mereka.

Warga gereja di daerah Jayawijaya yang menghadapi peristiwa 1977, sebuah peristiwa kekerasan yang menghancurkan tatanan kehidupan orang Dani. Kemudian warga gereja Kingmi di Jila, Bela dan Alama yang menghadapi kekerasan militer pascah pembebasan sandera pada 1996. Kebun-kebun dihancurkan, honai-honai di bakar, warga jemaat terpaksa mengungsi dari tempat hidup mereka, perempuan-perempuan di perkosa dan kekerasan lainnya, bahkan beberapa peristiwa yang terjadi belakangan di kantong-kantong komunitas hidup warga gereja Kingmi Papua akibat kebijakan pemekaran, dll. Semua peristiwa itu hidup bersama umat yang selalu saja mengganggu pelaksanaan proyek Allah, yakni “Pergilah jadikanlah semua bangsa milikku.....” yang dilaksanakan warga gereja Kingmi.  

74.24% orang asli Papua yang miskin dan hidup di daerah-daerah terpencil, sebagiannya adalah warga gereja Kingmi. Dalam kemiskinan hidup itu mereka diperhadapkan kepada angkah kematian bayi yang meningkat, akses pendidikan yang sangat kurang bahkan tidak ada, pelayanan kesehatan yang kurang, harga barang-barang konsumsi yang mahal dan atau tinggi, kekerasan dalam rumah tangga yang meningkat, dll.

Sejak tahun 2006 hingga hari ini gereja ini diderah oleh konflik internal yang membuat keterpecahan yakni Kingmi Papua dan GKII. Konflik panjang itu diakhiri dengan putusan Makama Agung yang memenangkan tergugat yakni Gereja Kingmi Papua. Terakhir pada Mei hingga Juli tahun 2011 kemarin, gereja ini mendapat stigma dari Pagdam XVII/Cenderawasih yang menuduh gereja ini mengumpulkan uang bantuan pemerintah untuk menyokong kelompok Papua merdeka. Surat resmi Pagdam itu dibocorkan oleh sebuah media di Australia.

Dalam realita hidup seperti itu gereja ini bertumbuh dan mengakar. Ia terus berdiri kokoh bagai batu karang di tengah lautan permasalahan yang luas. Ia tetap eksis memberitakan injil pembebasan dan keselamatan di senatero Tanah Papua. Bendera Kristus terus dikibarkan di negeri orang hitam. Tapi pertanyaannya adalah dalam semangat Yubelium dan Paskah tahun ini, apakah gereja ini bisa membawa umat ini keluar dari lingkaran dan belenggu penderitaan diatas? Atau singkatnya apakah gereja ini bisa menjadi garam dan terang bagi umatnya? Saya pikir gereja telah memulainya. Pemberitaan tentang datangnya tahun Rahmat Tuhan telah dikumandangkan. Pemberitaan tentang Kairos telah diperdengarkan. Ada komunike gereja yang dikeluarkan dalam bulan November  2010 bersama GKI, dan Baptis Papua, selanjutnya ada deklarasi teologia pada Juni 2011 oleh ketiga gereja diatas, ada pertemuan dengan presiden pada 16 Desember 2011, dll. Saya pikir suara kenabian seperti itu harus terus dikumandang dari tanah yang penuh kekerasan ini. Lalu apa yang harus di buat umat?  

Warga gereja harus menjadi seperti 5 gadis bijaksana dalam cerita Alkitab. Selalu sadar, terjaga dan bijak dalam membaca tanda-tanda jaman serta bekerja keras. Tidak gampang menyerah, selalu semangat, terus berpengharapan dalam memberitakan injil dan memperjuangkan hak-hak serta harkat dan martabat dengan mata selalu tertuju kepada Tuhan. Dengan mata dan hati selalu tertujuh kepada penderitaan dan korban Kristus Yesus. Kemudian warga gereja sedapat mungkin harus bisa menghidari sikap Esau yang menjual hak kesulungannya hanya karena sepiring kacang merah. Saya pikir ketika kita menunjukan sikap dan tindakan melawan seperti ini maka gereja dan umat di tanah ini akan tetap survive. Semoga!

SUMBER: FACE BOOK

, , ,

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 SILAKAN BERKOMENTAR :

silakan komentar anda!

Translate

Followers

NEWS