NABIRE-- — Ketua Lembaga Pengembangan Masyarakat Adat
Suku Wolani, Mee dan Moni (LPMA SWAMEMO), Thobias Bagubau, menyatakan,
menolak gagasan mengenai Degeuwo dijadikan Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR) sebagaimana diusulkan Ketua Dewan Adat Daerah (DAD) Paniai, John
NR Gobai.
Menurut Thobias, selama ini banyak masalah yang terjadi di kawasan
pendulangan emas di sepanjang Kali Degeuwo, sehingga dengan rencana WPR
justru akan menambah persoalan lagi. “Jadi, kami tolak kalau Degeuwo
dijadikan WPR. Untuk apa juga, karena selama ini kasus-kasusnya belum
ditangani. Jangan tambah masalah lagi, kami tidak mau masyarakat kami
jadi korban diatas kekayaan alam,” tuturnya saat jumpa pers di Nabire,
Minggu (27/1) sore.
Thobias Bagubau mengungkapkan hal itu sekaligus menanggapi ide dari
Ketua DAD Paniai pada saat peluncuran bukunya “Penambangan Tanpa Ijin
(PETI) Menuju Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)”, di Aula Susteran SMSJ
Maranatha, Waena, Jayapura, Jumat (25/1) lalu.
“Alasan mengapa WPR harus ditolak, karena itu bukan aspirasi murni
masyarakat yang tinggal di sepanjang Kali Degeuwo. Jadi, saya atas nama
masyarakat tiga suku ini menolak Degeuwo dijadikan WPR. Jangan ada
konspirasi lagi, hanya untuk kepentingan satu dua orang,” tegas pria
Wolani yang cukup vokal dengan masalah pertambangan emas Degeuwo.
Di Degeuwo, dia menyebut, ada lima masalah yang hingga kini belum
pernah dituntaskan. Pertama, masalah administrasi yakni pemberian ijin
kepada badan usaha dan perusahaan yang tidak sesuai aturan atau
prosedur. Kedua, terjadi kerusakan lingkungan yang cukup parah sejak
adanya pendulangan emas. Ketiga, banyak kasus pelanggaran HAM, mulai
dari tindak kekerasan dan kasus penembakan, juga terjadinya diskriminasi
terhadap warga pemilik ulayat.
Masalah keempat, sebut Thobi, kasus penyebaran HIV dan AIDS yang
marak di lokasi pendulangan karena secara terselubung didatangkan wanita
penghibur dan dengan mudah dibarter sama emas jika hendak berhubungan
badan. Dan yang kelima, kasus perampasan hak-hak adat, selain lokasi
milik masyarakat dikuasai pengusaha pendatang, juga emas berton-ton
dikeruk tanpa ada manfaat yang dirasakan oleh warga asli Degeuwo.
“Kami mendata banyak kasus di Degeuwo. Dulu, kami dari AISWM (Aliansi
Intelektual Suku Wolani-Moni) perjuangkan supaya Degeuwo ditutup atau
mungkin ada solusi lain yakni penertiban dan lain-lain, tapi semua
buntu. Sekarang melalui LPMA SWAMEMO kami lebih fokuskan masalah Degeuwo
ini,” ujar Thobias Bagubau.
Kata dia, masalah Degeuwo bukan masalah lokal Papua, tetapi sudah
diketahui dunia internasional. Oleh karena itu, mekanisme
penyelesaiannya harus tepat, dan tidak bisa diselesaikan dengan pola
WPR. “WPR untuk apa, kalau toh pada akhirnya tidak akan selesaikan
masalah. Kami tidak sependapat. Itu John dia dibacking salah satu
pengusaha, Haji Ari, untuk kepentingan mereka saja,” tudingnya.
Thobi bahkan menyatakan, tak akan menerima apapun tawarannya. Tidak
mau ada tawaran atau intervensi dari perusahaan manapun. LPMA SWAMEMO,
bukan milik dia, melainkan milik masyarakat tiga suku sesuai hak
kepemilikan tanah adat di sepanjang Kali Kemabu atau Kali Degeuwo.
“Kami tidak terima, mau tawaran apapun. Kami mau Degeuwo harus
ditutup. Jangan terus menerus korbankan rakyat, sementara kekayaan yang
ada di negeri leluhur mereka selalu dicuri orang luar. Sudah begitu tiap
hari masyarakat berhadapan dengan moncong senjata, jika mau persoalkan
hak ulayat di lokasi pendulangan. Saya terus konsen perjuangkan
keselamatan manusia, alam dan kekayaan. Tidak perlu ada kompromi. Ini
negeri kami, kami anak-anak perjuangkan untuk masyarakat, untuk generasi
masa depan,” tuturnya panjang lebar.
Perjuangan yang sudah dirintis, kata Thobi, mendapat simpati banyak
pihak. Koordinasi masih berlanjut, sejumlah lembaga siap mengadvokasi
untuk memantau langsung kondisi riil Degeuwo. Sehingga, menurut dia,
jaringan yang dibangun tidak akan digadaikan hanya untuk kepentingan
pribadi, tetapi lebih memperjuangkan hak-hak dan nasib masyarakat adat.
“Jadi, intinya, kami tolak WPR,” ujarnya menyudahi jumpa pers. (Jubi/Markus You)
sumber:;jubi
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!