Jayapura, (25/9)---Pemberitaan
tentang terjadinya kontak senjata antara Polisi dengan Kelompok Sipil
Bersenjata di Urumusu, Kabupaten Nabire pada hari Senin (24/9) yang
dilansir oleh media nasional dan lokal disebut sebagai pembohongan
publik oleh aktivis HAM Nabire. Seorang warga bernama Kristian
Belau/Zonggonau, disebutkan oleh polisi tertembak dalam kontak senjata
tersebut.
Dugaan kebohongan publik ini ditegaskan oleh Biro
Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi Klasis Nabire sebagaimana laporan
kronologis kejadian yang diterima oleh tabloidjubi.com, Selasa (25/9).
Biro Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi Klasis Nabire yang melakukan
investigasi terhadap insiden ini, mengatakan bahwa kejadian sebenarnya
adalah polisi menembak korban Kristian Belau/Zonggonau karena yang
bersangkutan melakukan aksi pemalangan di jalan Trans Nabire-Pedalaman,
bukan karena kontak senjata antara polisi dan kelompok sipil bersenjata.
Dari
kronologis yang dihimpun Biro Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi
Klasis Nabire, pada tanggal 24 September 2012, sekitar pukul 6.00 WIT,
sekelompok Pemuda Moni melakukan pemalangan jalan Trans
Nabire-Pedalaman di depan SD Inpres Wadio Atas, Desa Gerbang Sadu,
Distrik Nabire Barat, Kabupaten Nabire. Sialnya, saat para pemuda ini
menghentikan sebuah mobil jenis Inova yang hendak naik ke pedalaman
dan meminta uang pada penumpangnya, ternyata ada seorang polisi dalam
mobil tersebut. Polisi tersebut kemudian mengeluarkan tembakan ke udara
sebanyak 3 kali lalu yang membuat semua pemuda Moni itu lari
menyelamatkan diri. Namun tiga orang pemuda lainnya menggunakan motor
naik ke tempat pembuangan sampah di Wadio Atas dan melanjutkan aksi
palang mereka. Polisi yang mengeluar tembakan itu lantas melaporkan ke
Polres Nabire bahwa ada yang melakukan pemalangan di Wadio Atas .
Usai
apel pagi, polisi dari Polres Nabire menggunakan 1 trek beranjak menuju
ke Wadio Atas dan memeriksa tempat-tempat yang biasa dipalang. Sampai
di tempat pembuangan sampah Wadio Atas, Desa Gerbang Sadu, Distrik
Nabire Barat, polisi bertemu dengan ketiga pemuda tadi. Saat polisi
hendak menangkap ketiganya, 2 orang melarikan diri. Namun salah
satunya, yakni Kristian Belau/Zonggonau malah maju mendekati Polisi.
Saat itu Kristian Belau/Zonggonau diduga mabuk karena sepanjang malam
mengkonsumsi minuman keras. Saat dia maju mendekati polisi itulah ia
ditembak di paha kanannya. Kemudian Kristian dinaikkan ke mobil patroli
untuk dibawa ke UGD RSUD Siriwini, Nabire. Setelah selesai divisum
dan dibersihkan luka tembaknya, Kristian dibawa ke Mapolres Nabire. Saat
ini korban masih berada di tahanan Mapolres Nabire untuk di mintai
keterangan.
Menurut beberapa warga di sekitar Desa Gerbang Sadu,
pemalangan jalan trans Nabire-Pedalaman Paniai setiap malam selalu
terjadi. Ini sudah berlangsung cukup lama. Meski polisi telah
berkali-kali menangkap pelaku pemalangan, namun masih juga ada yang
melakukan pemalangan. Biasanya, setiap kendaraan yang naik ke
pedalaman di tagih sesuai jenis Kendarahan. Jika berupa taksi,
ditagih Rp. 50.000,-, kendaraan pribadi ditagih Rp. 50.000,- dan
truck ditagih Rp. 100 000,-. Hal ini yang membuat pihak aparat
kepolisian marah sehingga melakukan penembakan terhadap Kristianus
Belau/Zonggonau.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Polisi menyebutkan
bahwa mereka tidak bisa menghindari saling tembak dengan kelompok sipil
bersenjata di lokasi tersebut. "Karena anggota ditembaki, akhirnya
saling tembak tidak bisa dihindari, satu orang kelompok bersenjata atas
nama Kristian Songgonau berhasil ditembak di bagian paha kiri. Sementara
anggota kelompok bersenjata lainnya berhasil melarikan diri masuk hutan
sambil terus menembaki Polisi dengan senjata api jenis Revolver dan
SS1," jelas AKBP I Gede Sumerta Jaya kepada tabloidjubi.com (24/9).
Berdasarkan
investigasi yang dilakukan, Biro Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi
Klasis Nabire, kepada tabloidjubi.com membantah keterangan polisi itu.
Menurut mereka, pernyataan adanya kontak senjata antara polisi dengan
kelompok sipil bersenjata yang menggunakan senjata jenis Revolver dan SS
1 adalah informasi yang disebarkan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab dan merupakan pembohongan publik.
"Kontak senjata
antara polisi dengan kelompok sipil bersenjata yang menggunakan senjata
Revolver dan SS1 adalah berita yang tidak bertanggung jawab dan
pembohongan publik" sebut Yones Douw, salah satu aktivis dari Biro
Keadilan dan Perdamaian Gereja Kingmi Klasis Nabire kepada
tabloidjubi.com (25/9).
"Sebab lokasi Urumusu itu jauh dari
jalan Trans Nabire-Pedalaman, masuk di wilayah Distrik Topo,
Kabupaten Nabire. Jarak dari tempat kejadian sekitar 45 Kilo meter. Tadi
pagi kami aktivis HAM bertemu dengan kakaknya Kristian dan
Masyarakat Moni di Wadio Atas. Mereka mengatakan, anak-anak mereka
(ketiga pemuda yang melakukan pemalangan) tidak memiliki senjata. Kalau
mereka mabuk lalu palang jalan, itu boleh (benar)," lanjut Yones Douw. (Jubi/Victor Mambor)
SUMBER: TABLOIDJUBI.COM
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!