Thursday, August 23, 2012

Korban Nyawa Berjatuhan, Rumah Sakit diTutup Paksa di Paniai, Papua

Mypapua     3:59 PM   No comments

Kota Paniai dari Udara

Bagaimanapun situasi pelayanan kesehatan terutama dirumah sakit umum dan Pusat Kesehatan Masyarakat biasanya tetap berjalan namun coba anda berfikir sejenak  jika Rumah Sakit Umum Daerah dipaksa Tutup.  Bukan sekedar tutup dan tidak melayani pasien tetapi lebih parah lagi para pasien yang sedang sakit dipaksa pulang, pasien yang sakit parah sehingga membutuhkan pelayanan khusus seperti diberikan impus pun dicabut dan dipaksa pulang. Sadis memang.

Itulah yang dihadapi Seluruh petugas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Paniai, Papua, serta pasien yang tengah dirawat meninggalkan rumah sakit sejak Selasa (21/8/2012) malam, akibat intimidasi dari aparat keamanan pasca tertembaknya seorang anggota Brimob.

Kisahnya adalah pada tanggal 17 Agustus 2012 pagi hari terjadi saling tembak-menembak antara aparat keamanan (TNI/POLRI) dengan OTK di Obano, ibu kota Distrik Paniai Barat. Akhibatnya, dua orang anggota polsek Paniai barat mengalami luka tembakan dan satu orang (Asyar) tewas seketika. Masih juga belum redah situasi tegang di Paniai-Papua tersebut. Pada 19 Agustus 2012 di kampung Gedeitakaida, Distrik Tigi Timur – Kab. Deiyai terjadi saling tembak antara TNI dan OTK. Akibatnya dua orang anggota TNI tewas dan dua yang lain luka tembak.

Situasi saling tembak-menembak kembali terjadi  pada 21 Agustus 2012. Sekitar pukul 06.00 wit, di ujung lapangan terbang Enarotali-Paniai, terjadi saling tembak-menembak antara aparat keamanan dengan OTK. Pasca saling tembak-menembak, ditemukan seorang anggota Polres Pania tewas. Aktivitas ibu kota Kabupaten Paniai lumpuh total. Aparat keamanan (TNI-POLRI) ambil alih situasi hidup masyarakat Enarotali dan Madi (ibu kota Kab. Paniai) di Paniai.
TNI/POLRI secara paksa menyeruhkan kepada masyarakat menggungsi dari kota Enarotali dan Madi sebagai ibu kota Kabupaten Paniai. Namun, masyarakat tidak menggungsi, melainkan masyarakat bertahan dalam rumah-rumah sambil mengikuti perkembangan situasi aman di Paniai.

Setiap lorong rumah warga terdengar bunyi tembakan dari pihak ke amanan sambil mengikuti warga sipil siapa yang berani keluar dari rumahnya. Sekalipun tidak ada tanda-tanda penyerangan dari pihak OTK yang dalam beberapa aksinya menyewaskan beberapa anggota TNI di Paniai, namun pihak keamanan sejak lama sudah siaga satu di setiap sudut ibu kota kabupaten Paniai (Madi), mapun kota Enarotali. Situasi ini menimbulkan ketakutan dan keresahan pada masyarakat, sehingga masyarakat tidak berani keluar rumah. Masyarakat dalam keadaan yang takut dan lapar bertahan saja di dalam rumah.


Rumah Sakit Umum Daerah Paniai di Madi dan Puskesmas di Enarotali, diminta oleh pihak keamanan untuk tidak beroperasi melayani setiap orang yang datang berobat di sana. Dua rumah sakit besar yang ada di Kabupaten Paniai ini, sudah ditutup sejak 21/8/2012 sehingga perawat-perawat memilih meninggalkan tugasnya dan pulang ke rumah. Setiap pasien baik yang sakit berat maupun ringan dilepaskan infusnya, lalu disuruh pulang ke rumahnya. Kini sekitar rumah sakit itu, dipenuhi dengan pihak aparat gabungan TNI/POLRI, tidak ada satupun warga yang berani datang berobat di sana.

Situasi semakin memanas, aktivitas perkantoran tutup, kendaraan dan pelayanan publik macet total. Tempat-tempat umum sangatlah sepih. Beberapa rumah warga di Enarotali dirusak dan dibakar, beberapa masyarakat disiksa oleh pihak aparat gabungan TNI/POLRI di Paniai. Beberapa orang tidak normal yang selalu ada di kota Enarotalipun dibentak serta diancam oleh aparat keamanan yang menguasai kota Enarotali dan Madi.

Aksi penyelangan dan penembakan dari OTK itu semuanya dialamatkan kepada pihak aparat keamanan, baik TNI maupun POLRI yang tugas di wilayah Paniai. Melihat itu, pihak aparat bisa saja mencurigai dan menduga bahwa aksi-aksi penembakan sampai menewaskan beberapa anggota itu dilakukan oleh TPN/OPM atau kelompok masyarakat sipil bersenjata yang “dipersenjatai”.

Pelayanan umum; seperti kesehatan dan pendidikan haruslah berjalan sebagaimana mestinya. Namun justru pihak aparat keamanan menyuruh pihak Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas Enarotali  tidak beroperasi. Masyarakat sangat mengharapkan pelayanan kesehatan yang baik, namun sangatlah tidak manusiawi, jika secara paksa rumah sakit ditutup dan pasien dengan paksa dipulangkannya ke rumah masing-masing.

Dari warga sipil ditemukan tewas atas nama Edipuniai Tekege, Obaiye Degei, Udiwego Yogi, Seorang pria  bermarga Kadepa, dan satu lagi berasal dari suku Moni (intan Jaya) Seperti diberitakan, selain menewaskan seorang polisi, lima warga juga tewas tertembak di lima tempat berbeda di Papua dalam enam hari terakhir. Pasca-penembakan polisi di Enarotali, kota itu menjadi lengang. Polisi meminta warga untuk tinggal di rumah.

Marko Kanas Pekei seorang tokoh gereja di Enarotali, Kabupaten Panai dihubungi via telepon seluler mengatakan saat ini kondisi di daerah tersebut begitu sepi. "Kota Enarotali sepi, warga takut keluar rumah, kios dan warung makan tutup semua. Hanya ada aparat keamanan yang berpatroli," katanya.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, di Jakarta, Selasa, 21 Agustus 2012 lalu menuturkan, motif penembakan di Paniai masih dalam penyelidikan. “Saya menginstruksikan agar dilakukan pengejaran terhadap pelakunya,” kata Djoko.

Lembaga Studi Hak Asasi Manusia (ELSHAM) di Jayapura, Papua, Selasa 14 Agustus 2012, merilis laporan terkini mengenai kondisi penegakan hak asasi manusia (HAM) di provinsi ujung timur Indonesia itu.
Menurut riset lembaga itu, ada 749 dugaan pelanggaran HAM di Papua sejak dekade 1970-an yang tak selesai sampai sekarang. Laporan setebal 25 halaman itu berjudul: ‘Masa Lalu Yang Tak Berlalu’.

Laporan terbaru ELSHAM dikompilasi dari penelitian tiga bulan di empat wilayah yakni Sorong, Manokwari, Biak dan Paniai. “Empat daerah ini dipilih karena tingginya tingkat konflik dan pelanggaran HAM di masa lalu,” kata Direktur Lembaga Studi Hak Asasi Manusia di Jayapura, Ferry Marisan, Selasa 14 Agustus 2012

Kekerasan yang teridentifikasi terdiri dari pembunuhan warga sipil, penangkapan sewenang-wenang dan penahanan, penyiksaan, pemerkosaan, serta bentuk kekerasan seksual lain. “Terungkap dengan jelas bahwa banyak korban tidak pernah mendapat kesempatan untuk menceritakan kisah mereka,” ujar Ferry. (Un/John Pakage)

Sumber:Facebook.com

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 SILAKAN BERKOMENTAR :

silakan komentar anda!

Translate

Followers

NEWS