Sidang HAM PBB Genewa, Swiss.
23 Mei 2012 lalu. (FOTO:ILUST/GOOGLE.COM) |
JERMAN (UMAGI)-- Gedung tempat dilaksanakannya Universal Periodic Review (UPR) sebagai agenda Sidang HAM PBB yang dimulai 23 Mei 2012 lalu, di Genewa, Swiss bergemuruh. Ratusan orang dari belahan dunia hadir. Saat itu Indonesia disoroti beberapa negara. Delegasi negara-negara tersebut melihat Indonesia sebagai negara “darurat Kemanusiaan” sehingga terus terjadi pelanggaran HAM, Terutama di Papua.
Adalah Jerman yang meminta kepada Indonesia meratifikasi Rome Statute ICC, dan membebaskan segera tahanan politik Filep Karma. Jerman juga meminta Penyelesaian konflik di Papua harus dilaksanakan secara serius dan menempuh jalur dialog.
Namun Indonesia melihat sorotan beberapa negara tersebut hanya sekedar politik gerta sambal semata. Toh tidak ada tindakan nyata, semisal memutuskan hubungan kerja sama dengan Indonesia demi krisis kemanusiaan di Papua.
Baru selang enam hari sorotan yang membuat Indonesia harus malu itu diucapkan, terjadi penembakan terhadap Pieter Dietmar Helmut (55), warga Negara Jerman yang sedang bersantai di lokasi wisata Pantai Base’G Kota Jayapura bersama istrinya, Selasa 29 Mei 2012 lalu. Serentak kondisi Politik dan HAM Papua memanas.
Warga sipil ketakutan untuk melakukan aktivitas karena tidak ada rasa aman yang diberikan oleh Negara, apalagi mengharapkan kepolisian Indonesia yang selalu gagal mengungkap pelaku dan motif dibalik penembakan warga. Polisi hanya mampu mengatakan bahwa dilakukan oleh orang Tak Dikenal (OTK). Teori lama.
Tujuh bulan kemudian (Mei-Juli) Kanselir Jerman Anggela Markel berkunjung ke Indonesia pada 10 Juli 2012 dalam upaya membangun kerjasama antara Jerman-Indonesia, termasuk di bidang pertahanan. Di waktu yang sama pemerintah Indonesia berencana membeli 100 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard dari Jerman.
Tentu rencana Indonesia membeli 100 unit Main Battle Tank (MBT) Leopard dari Jerman sebagai sebuah berkah bagi Jerman yang saat ini lagi mengalami krisis Keuangan. Tentu menyelamatkan negara sendiri dari krisis lebih utama dibanding soal HAM di Papua. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Dalam krisis sebelumnya (2008/2009,Red), pertumbuhan ekonomi Jerman menukik lima persen dan itu yang paling berat sepanjang sejarah Jerman."
Dalam dua tahun, Jerman kemudian bisa tumbuh tiga persen. "Itu lumayan dengan pertumbuhan di kawasan hanya sekitar satu persen. Tahun ini juga ada pertumbuhan walau lebih lemah karena pasar Eropa tidak kuat," Merkel melanjutkan.
Indonesia tentu tahu dan melihat bahwa Eropah saat ini sedang krisis sehingga sangat butuh uang untuk itu walaupun Ekonomi di Indonesia belum stabil namun berani membeli surat berharga dari International Money Found (IMF).
Jika Indonesia membeli “mesin Pembunuh manusia dari Jerman maka patut dipertanyakan upaya Jerman dengan menyoroti HAM di Indonesia (khusus Papua) namun Jerman juga mendukung Indonesia untuk membeli Mesin pemusnah manusia Papua.
Niat Indonesia untuk membeli “mesin-mesin pemusnah Manusia” atau dalam bahasa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono modernisasi alutsista di Indonesia tetap dilakukan. Senada dengan SBY Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ramadhan Pohan menyatakan, pihaknya telah mendapat penjelasan resmi dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemhan) atas rencana pembelian Tank Leopard dari negara produsennya langsung, Jerman.
Ramadhan mengatakan, secara umum dan prinsip anggota Komisi I dapat menerima penjelasan dan alasan dari pemerintah untuk membeli 100 unit Tank Leopard langsung dari Jerman.
Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk menempatkan MBT Leopard di wilayah perbatasan dan salah satunya di Papua. Tentu menjadi alat untuk menekan rakyat Papua dengan cara-cara represif. Apalagi kondisi Papua sejak lama bergejolak .
Sorotan HAM terhadap Indonesia akhirnya bermuara pada pertemuan Kanselir Jerman Anggela Markel dan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Isatana Negara 10 Juli 2012, termasuk diantaranya membahas rencana “Pembelian mesin Pembunuh Manusia” Tank Leopard. Tentu Uang dapat membunuh nilai kemanusiaan. (John Pakage dan Lisa Tabuni (Jerman))
SUMBER: CATATAN, FACEBOOK.COM
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!