Wednesday, July 25, 2012

Jiwa yang Patah: Sebuah Pengantar

Mypapua     9:03 PM   No comments


oleh I Ngurah Suryawan
Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari, Papua Barat
ngurahsuryawan@gmail.com 

Sepilihan essay dalam buku ini adalah pengamatan dan catatan awal saya dalam melakukan studi sejarah dan antropologi di Tanah Papua. Layaknya sebuah studi pendahuluan, beberapa essay dalam buku ini saya tekadkan menjadi momentum awal kehadiran saya untuk menekuni studi Papua. Sebuah catatan dan dokumen yang menjadi “tanda penyemangat” untuk eksplorasi saya selanjutnya dalam pengabdian di Tanah Papua.

Menginjakkan kaki di Tanah Papua seakan tak terbayang dalam perjalanan hidup saya. Hanya dengan tekad dan sedikit nekad, saya memutuskan menuju Tanah Papua. Idealisme yang saya yakini adalah saya harus mengembangkan diri, mencari tantangan baru untuk memperkaya horizon pemikiran, mengapresiasi budaya lain, dan sudah tentu menjadikan diri inklusif dengan pengetahuaan antar budaya.

Meski terbilang baru dalam menekuni studi Papua, saya beranikan diri untuk menuliskan catatan-catatan yang terhimpun dalam buku ini yang sebelumnya dipublikasikan di beberapa jurnal ilmiah dan kertas kerja. Judul buku ini, “Jiwa yang Patah” terinspirasi dari sebuah essai dari John Rumbiak, seorang aktivis hak asasi manusia terdepan yang dimiliki Papua berjudul “Kejahatan terhadap Kemanusiaan di Papua Barat: Demi Persatuan Nasional dan Pembangunan”(artikel tanpa tahun). Berbagai  tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan di Papua (Crime Against Humanity in West Papua) mempunyai implikasi baik psikologis, sosial, budaya and ekonomi terhadap diri bangsa Papua. Mereka, dalam istilah John Rumbiak, mengalami “Jiwa yang Patah” (hilang percaya diri, frustrasi, apatis, mengendapkan dendam dan  kebencian yang mendalam terhadap pihak yang membuat mereka menderita). Secara sosial rakyat terpecah belah dan saling tidak percaya satu sama lain. Suatu kenyataan yang, selain berbagai faktor lainnya, juga melatar-belakangi mengapa rakyat Papua dewasa ini menuntut untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bangsa yang merdeka.

Sejarah sunyi mengacu kepada “keberpihakan” dan pemberiaan ruang-ruang mediasi kepada narasi-narasi pengalaman survivor kekerasan dan penderitaan di Papua. Konteks buku ini berupaya untuk menunjukkan solidaritas terhadap identitas dan pergolakan terhadap manusia-manusia (Bangsa Papua) yang menderita karena penjajahan dan penindasan yang mereka alami. Orang-orang Papua yang “dikalahkan” dan menjadi korban dari kekerasan di masa lalu (Metz, 1999; Giay, 2006).   

Subyektifitas kritis yang mendasari buku ini mengacu kepada tawaran perspektif yang saya ajukan yaitu bagaimana melihat kompleksitas persoalan di Tanah Papua dengan paradigma antropologi (pembebasan) yang reflektif dengan penelitian alternatif transformatif partisipatoris (Laksono, 2009). Argumentasinya adalah melihat kompleksitas persoalan di Tanah Papua, si peneliti maju bersama rakyat Papua dalam suatu proses sosial-budaya menjalin sejarah (baru). Dengan membangun kenyataan yang partisipatif, maka sangatlah penting untuk mengapresiasi narasi-narasi, pengalaman, dan refleksi masyarakat tempatan yang menjadi jantung dari metode ini. Dengan demikian, metode penelitian ini menjadikan studi antropologi menjadi bagian dari gerakan sosial pembebasan bagi rakyat Papua dan antropolog dituntut berpartisipasi dalam menciptakan sejarah yang menyatu dengan subyek yaitu komunitas tempatan studi berlangsung.   

Dengan demikian antropologi (gerakan sosial) yang reflektif akan menjadi medium pembebasan bagi rakyat Papua. Selain persoalan “baku tipu politik dan ekonomi” yang menjadi urat nadi dan mendominasi persoalan di Tanah Papua, kritisi dalam reproduksi kuasa pengetahuan dalam rangkaian penelitian-penelitian terhadap tentang Papua sangatlah penting dikemukakan. Aditjondro (2006) mengungkapkan bahwa paradigma penelitian dominan bekerja dalam interaksi antara perguruan tinggi, negara, dan modal. Peneliti “menyedot” pengetahuan dari rakyat, tanpa “mengembalikan” pengetahuan yang telah diperoleh kepada rakyat. Hasil ikutan dari proses penelitian begini adalah promosi akademis si peneliti, kenaikan status sosialnya, fee  dari pemesan penelitian itu, serta kontrol dari negara dan modal terhadap rakyat.

Sementara paradigma penelitian pembebasan yang transformatif dan reflektif melihat bahwa peneliti sebagai bagian dari rakyat yang merupakan mitra penelitiannya. Kerjasama peneliti dengan mitra-mitranya dalam produksi pengetahuan, berfungsi menyadarkan mitra-mitranya tentang tantangan yang mereka hadapi, serta potensi untuk merubah nasib mereka. Hasil akhir yang dituju adalah transformasi sosial menuju kondisi hidup yang lebih manusiawi, atau transformasi sosial melalui re-humanisasi. Dengan demikian semoga buku ini menjadi medium gerakan sosial dan pembebasan bagi bangsa Papua.

Isi dari buku ini adalah:
PENGANTAR
Socratez Sofyan Yoman
Perjuangan Papua dalam Keadilan, Perdamaian, dan Kebenaran

Dr. Jaap Timmer
Menentang Kulturalisme di Tanah Papua
PENDAHULUAN
Kompleksitas Papua dan Antropologi Reflektif

Bagian I
Papua Pascakolonial: Dari Kolonisasi hingga Gerakan Pembebasan

Bagian II
Antropologi Gerakan Sosial: Perspektif  Transformatif  untuk Papua

Bagian III
Tanah Papua dalam Interkoneksi Global

Bagian IV
Bintang Kejora dan Datangnya Kemerdekaan: Siasat dan Gerakan Sosial Orang Papua 

Bagian V
Menyanyi untuk Hidup dari Dulu, Kini, dan Nanti: Mambesak dan Spirit Kehidupan Orang Papua

Bagian VI
Komin Tipu Komin: Elit Lokal dalam Dinamika Otonomi Khusus dan Pemekaran Daerah di Tanah Papua

Beberapa bagian naskah dari buku ini saya kerjakan di Yogyakarta, Manokwari, Jayapura, dan Timika. Revisi akhir naskah ini saya selesaikan di Universiteit Leiden, The Netherlands.

Semoga buku ini bermanfaat dan menginspirasi.

Tuhan memberkati kita semua. Syaloom. Om Canti Canti Canti Om…

 Leiden, 10 Juli 2012


SUMBER: FACEBOOK,COM





,

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 SILAKAN BERKOMENTAR :

silakan komentar anda!

Translate

Followers

NEWS