YOGYA (UMAGI)-- Berbicara
korupsi berarti berbicara mengenai uang, tidak bisa kita pungkiri itulah
kenyataan yang kerap kali terjadi pada diri kita, orang disekitar kita maupun
orang yang jauh diluar sana. Hanya karena uang apapun bisa terjadi, marah,
benci, membunuh sudara sendiri, tidak memperdulikan orang lain, mengancam dan
seterusnya itulah sifat-sifat yang akan nampak ketika kita mau atau sudah
melakukan korupsi.
Menurut seorang pendeta yang memimpin sebuah gereja kecil di Jogya, setelah ditelusuri oleh beberapa ahli ekonomi di Amerika
godaan paling jitu atau paling ampuh orang jatuh adalah uang. Sebab menurut
data yang berhasil mereka kumpulkan mengenai korupsi akan uang pelakunya adalah
semua kalangan, Pendeta, Pastor, Polisi, Presiden, Hakim, Jaksa, Pengacara dan
lainnya.
Yaa itulah hebatnya uang, orang yang bisa kita
andalkan untuk menjadi teladan atau menjadi panutan hidup saja jatuh apalagi
yang lainnya. Terlepas dari itu, Alkitab juga telah mengatakan demikian bahwa
uang adalah akar dari kejahatan. Maksudnya sangat jelas, demi mendapatkan uang
apapun usaha bisa kita lakukan.
Tahun lalu 2011, Indonesia mencatat rekor sebagai
negara korupsi terbesar di dunia, dari kalangan eksekutif, yudikatif,
legislatif sampai
ke jajaran aparatur negara terkecil semua sudah tergolong didalamnya.
Contoh konkritnya seperti yang sudah kita
ketahui bersama, SBY atau Susilo Bambang Yudhoyono, orang nomor satu
direpublik
ini telah menggelapkan milayaran bahkan sampai triliun rupiah, yang
berhasil di
ungkapkan dengan bukti-bukti yang jelas oleh seorang aktivis HAM, George
Junus
Aditjondro melalui bukunya “Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank century”
dan “Cikeas Kian Menggurita” .
Bukan hanya itu, anak buahnya yang pada saat
itu menjabat sebagai bendahara umum partai demokrat Muhammad Nazaruddin juga melakukan
kasus yang sama dengan bosnya yaitu korupsi, tidak berhenti sampai disitu
banyak sekali contoh yang mungkin sudah kita ketahui bersama.
Jadi di Indonesia rupanya korupsi menjadi
sebuah ajang perlombaan, banyak para elit politik, para tokoh agama, para penegak
keadilan seperti polisi, hakim, bahkan juga mahasiswa semua berlomba-lomba
mencatat rekor. Sangat tidak jelas hukum
yang berlaku di republik ini, bingung siapa yang menjadi sopir dan siapa yang
menjadi penumpang sepertinya semua sama, tidak bisa dibedakan.
Waahh..kalau sebuah negara sudah demikian,
kira-kira solusinya apa yaa...?? tidak
ada jawaban untuk menjawab pertanyaan ini, kalau dijawab juga percuma, karena
dari awal sejak negara ini dibentuk sudah salah maka seterusnya akan salah
terus.
Coba kita lihat negara ini dari tahun ke
tahun, hukum yang dibuat selalu dipermainkan seenaknya oleh para penguasa,
hukum tidak pernah berpihak ke kaum miskin. Yaa itulah Negara indonesia, Negara
yang tidak punya identitas yang jelas, tidak punya sejarah, bahkan tidak punya
dasar yang kuat atau alasan kuat mengapa Negara Indonesia ini bisa di bentuk. Indonesia
dibentuk hanya karena keegoisan sukarno.
Pemerintah papua
Korupsi di papua dalam beberapa tahun terakhir
telah melunjak tinggi bahkan papua menjadi urutan pertama provinsi
korupsi terbesar di Negara ini. Bukan hal luar biasa melainkan korupsi
menjadi hal biasa yang
dilakukan rutin oleh para elit politik, agamawi dan lainnya.
Barnabas Suebu S.sos, mantap gubernur sebelum turun
jabatan, dia diduga melakukan korupsi 1,2 T (sumber: klik ini). Lalu anak buahnya pak Naftali Yogi S.sos,
bupati Kabupaten Paniai, selama 5 tahun dalam masa kepemimpinannya tidak pernah
ada pembangunan, tidak pernah buat satu program yang mengeluarkan biaya besar
yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat.
Jadi bingung uang Otonomi Khusus, APBD, dana royalti dari PT FI pertahun yang
dicucurkan dikemanakan semuanya.
Kemudian kabar terakhir dari Nabire, setelah
pak Isaias Douw menjadi orang nomor satu, menurut salah satu orang terpercaya
pak bupati mengatakan, semua uang dipegang langsung oleh pak bupati, para
pimpinan instansi terkait bingung apa yang mereka harus perbuat, program kerja
sudah mereka buat dan ajukan tapi sampai detik ini dana belum juga dicairkan.
Dari tiga pemimpin diatas telah mewakili semua
pemimpin yang ada di papua, tidak ada yang benar, mereka melangkah dan buat
semau apa yang mereka pikir dan indonesia pikir bukan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Jelas perlakuan mereka telah melanggar hukum, KPK (komisi
pemberantas korupsi) sebagai lembaga negara yang bertujuan untuk
menangkap dan mengadili para tersangka korupsi tidak pernah kerja jujur sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya khususnya di tanah papua.
Para korupsi asal papua tidak pernah ditangkap,
mereka dibiarkan begitu, sebenarnya mengapa dan ada apa dibalik semua itu...?
(jawab sendiri)
Mahasiswa Papua
Tidak ketinggalan rupanya korupsi juga sudah
mulai nampak dilingkup mahasiswa, sekitar 5 - 6 tahun yang lalu pasca beberapa
kabupaten di papua dimekarkan, organ sosial dari ikatan mahasiswa juga ikut
pisah. Semua berdiri membentuk ikatan masing-masing sesuai kebupatennya.
Setiap tahun pemerintah daerah masing-masing
selalu membagi uang pendidikan bagi mahasiswa/i yang menjalani Tugas Akhir (TA),
KKN, dan PKL untuk sekedar meringankan
beban orang tua dan juga uang pemondokan berupa kontrakan.
Dipulau jawa bukan hanya satu kota study saja
yang punya masalah mengenai penggelapan dana (korupsi), hampir semua
ada. entah itu yang dibuat mahasiswa tertentu atau kelompok,
kaka senioritas, para tugas belajar, atau dari badan pengurus ikatan itu
sendiri.
Misal, 76 juta yang hilang di kalangan Mahasiswa Paniai Yogyakarta sampai sekarang belum juga terungkap siapa dalang atau otak
dibalik semua itu, beberapa hari lalu (7/02/12) sebelum peresmian asrama permanen telah
dibahas bersama Pemda namun belum juga diketahui siapa-siapa yang bermain dalam
skenario yang sudah di setting secara sistematis.
Itu contoh nyata yang sudah terjadi diantara Mahasiswa Paniai, heran mahasiswa yang sebenarnya harus menjadi panutan hidup
yang baik bagi orang lain malah mengajarkan hal-hal buruk. Apa jadinya nanti
kelak ketika pulang ke pupua, perilaku busuk yang sudah di pelajari itu kah
yang mau diterapkan nanti atau mau menjadi koruptor kaliber.
Tidak ada untungnya, banyak dampak buruk yang
akan menimpa kita, misal akan merusak citra diri sendiri, nama baik hancur,
tidak ada kepercayaan dari orang lain dan lainnya. Tidak ada pilihan lain, lebih baik Stop dari sekarang
dan berpikir apa yang baik dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
“Makan sepiring nasi dari hasil usahamu
sendiri akan lebih berharga dan lebih puas ketimbang makan sepiring nasi dari
hasil curian jatah orang lain”
(amoye yogi)
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!