Tuesday, October 25, 2011

Militer Diduga Menganiaya Mahasiswa

Mypapua     7:06 AM   No comments

Jubi - - - Aparat gabungan diduga melakukan penganiayaan terhadap mahasiswa STFT dalam tragedi KRP III di lapangan Zakeus, Rabu (19/10). Dugaan itu terungkap ketika tabloidjubi.com mengunjungi korban tragedi KRP III yang sedang dirawat di rumah sakit Dian Harapan, Minggu (22/10).
Mahasiswa STFT berinisial KD, mengaku polisi berseragam anti huruhara menganiaya dirinya menggunakan popor senjata dan karet mati. Popor
senjata yang mendarat ke tubuhnya menyebabkan tulang lengan kanannya retak. Karet mati yang mendarat ke tubuhnya menyebabkan mukanya bengkak dan memar. Sambil mengendong tangannya yang digips, KD menuturkan kronologis penangkapan dan penganiayaan terhadap dirinya.
Menurut KD, saat polisi mengarahkan gas air mata dan tembakan ke arah lapangan Zakeus untuk membubarkan masa KPR III , KD berteriak mengarahkan warga Papua terutama ibu-ibu yang panik lari masuk ke halaman biara Fransiskan Sang Surya dan rumah para dosen STFT. Setelah mengarahkan, KD mengaku menyusul warga yang melindungi diri di salah satu teras rumah dosen.
Tak lama kemudian, beberapa oknum intel  mendatangi dan membawa dirinya bersama warga yang berada di teras rumah dosen itu ke lapangan Zakeus. Dalam perjalanan itu, KD mengaku polisi berseragam anti huruhara mendaratkan popor senjata ke tubuhnya. Ia berusaha menghalangi popor senjata yang melayang ke tubuhnya dengan tangan. Namun tak urung, popor senjata yang mendarat ke tangannya berulang kali, menyebabkan tulang tangan kanannya retak.
Bukan hanya popor senjata, karet mati beberapa kali mendarat di tubuhnya. KD mengaku berusaha menangkisnya namun tidak berhasil ketika karet mati itu medarat ke mukanya lapis batang hidungnya. Ia yang terjatu kemudian diseret ke lapangan Zakeus dan di bawa tidur semalam di lapngan bulu tangkis polda Papua.
Sambil mendaratkan pukulan itu, KD mengaku polisi melontarkan penghinaan. Penghinaan terhadap dirinya dan warga Papua sebagai pengguna uang Otonomi Khusus yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu.
“Saat pukul kami, mereka mengatakan kamu telah makan uang otonomi khusus lalu minta apa lagi. Manusia tidak tahu malu. Mau merdeka minta apa lagi,” tuturnya.
Mahasiswa filsafat teologi semester V ini mengaku sangat menyanyangkan penghinaan yang salah alamat itu. Mereka menyamakan rakyat kecil dengan pejabat birokrasi yang sama perilakunya dari pusat hingga ke daerah.
“Saya heran mereka bisa mengatakan kami ini makan uang Otonomi Khusus. Dari mana kami ini dapat uang Otonomi Khusus. Otonomi Khusus itu milik Jakarta dan pejabatnya di daerah yang sama wataknya ini yang menyebabkan tidak ada perkembangan apapun di Papua” tegasnya.
KD mengaku, perilaku dan perkataan aparat keamanan itu membuat dirinya tidak bangga  menjadi warga bangsa Indonesa.  Ia malah malu menjadi bagian dari bangsa yang jahat dan biadab. Rasa memiliki bangsa mulai luntur karena perilaku kejam aparat itu.
Terpisah, tablodjubi.com menjumpai seorang mahasiswa STFT Fajar Timur berinisial AA yang memiliki pengalaman serupa. AA mengaku pasukan gabungan yang masuk ke kompleks seminari mengejar warga, menangkap, memukul dan membawa dirinya bersama warga  Papua ke Polda Papua. Disana mereka tidur semalam di lapangan tenis Polda Papua.
“Sungguh kami kena pukul kemudian di bawa ke Polda. Selama saya berada di Polda, saya merasa berada di luar negeri. Saya macam mau pulang cepat ke negeriku yang aman dan damai. Kenapa saya merasa begitu e…?” AA bertanya. (Jubi/Mawel)

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 SILAKAN BERKOMENTAR :

silakan komentar anda!

Translate

Followers

NEWS