Sunday, July 31, 2016

Indonesia Diminta Selidiki Pembantaian di Biak

Mypapua     2:47 AM   No comments

Peradilan warga (citizen's tribunal) yang digelar di Australia menyerukan agar Indonesia menyelidiki kasus pembantaian lebih dari 150 warga sipil di Biak, Papua, yang terjadi 15 tahun lalu.
Peradilan di Sydney University itu dipimpin mantan jaksa agung New South Wales (NSW), John Dowd, yang kini menjabat sebagai ketua Komisi Pakar Hukum Internasional, Senin (16/12/2013), menemukan bahwa sebagian besar orang Papua Barat telah disiksa.
Peradilan mendesak Indonesia untuk bertanggung jawab atas kejahatan dan pelanggaran HAM. Diperkirakan sekitar 150 orang tewas dan jenazah mereka dibuang ke laut menyusul aksi protes warga Papua Barat mengibarkan bendera bintang kejora di Biak pada Juni 1998.
Indonesia sendiri tidak pernah mengakui pembantaian itu dan mengklaim hanya satu orang tewas serta menyebut jenazah itu terdampar akibat tsunami. Posisi Panglima TNI saat itu masih dijabat oleh Wiranto.
Saksi Mata
Yudha Korwa adalah salah seorang yang ikut terlibat dalam aksi protes bersama temannya saat peristiwa pembantaian terjadi waktu itu masih berumur 17 tahun.
Australia memberikan suaka politik bagi Yudha setelah kabur dari Indonesia dengan menggunakan kapal kayu tahun lalu. “Saya melihat banyak orang dibunuh tentara. Saya lihat anak kecil terbunuh, orang tua, perempuan hamil dan anak kecil,” kenang Korwa.
“Seorang tentara memukul saya dengan senjata dan wajah saya dipenuhi darah dan saya ketakutan sampai mengira bakal mati. (Saya mendengar) orang orang berteriak ‘tolong, tolong,” tambahnya.
Tengkorak kepalanya retak dan tertikam, Korwa adalah salah seorang yang berhasil lolos. Dia bersembunyi selama dua hari di sebuah gorong-gorong jalan .
Sementara antropolog dari Universitas NSW Dr Eben Kirksey adalah seorang sarjana muda Amerika yang sempat mampir ke Biak. "Selagi orang bernyanyi, tentara mulai menembak ke kerumunan dan orang mulai berjatuhan, yang lain mulai berlarian," ceritanya.
"Orang-orang yang selamat digiring ke pelabuhan dan ditempatkan di kapal-kapal dan mereka bisa melihat orang yang mati dan sekarat,” lanjut Kirksey.
Bukti Peristiwa
Awal tahun 2013 di University of Sydney, peradilan warga mengumpulkan bukti atas apa yang terjadi di Biak pada 15 tahun lalu.
Pengakuan pertama dari Tineke Rumakabu mengatakan dia melihat temannya dipenggal. Dia sendiri mengaku mengalami siksaan.
Bekas jaksa Nicholas Cowdery menjadi penasehat yang membantu di majelis. “Dia dibakar, dimutilasi, diperkosa, diperlakukan secara brutal oleh polisi Indonesia,” kata Cowdery menyampaikan penjelasan Rumakabu.
Cowdery menyatakan harus ada penyidik khusus yang melakukan investigasi di Indonesia.“Ada kesempatan buat Indonesia untuk memberikan kompensasi kepada rakyat,” tegasnya.
Beberapa bulan kemudian Indonesia mengumumkan aksi militer di Timor Timur. Tapi sementara perhatian dunia fokus pada Timor Timur, pembantaian di Biak tidak pernah diselidiki.
Peradilan itu menyerukan Indonesia untuk menggelar penyelidikan. “Mutilasi terhadap perempuan adalam kebijakan teror spesifik. Sulit dipercaya manusia bisa berprilaku seperti pasukan tentara itu,” ujar John Dowd.
Dia menginginkan adanya penyelidikan dan hukuman bagi para pelakunya. “Ada sebuah lembaga independen di Indonesia yang bisa melakukan investigasi,” serunya.
“Pemerintah Australia punya kewajiban kepada korban yang tewas dan para ahli waris untuk mengekspose apa yang terjadi dan menghentikan hal itu terjadi lagi,” tutup Dowd.
Sumber:http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-12-17/indonesia-diminta-selidiki-pembantaian-di-biak/1235590

, ,

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 SILAKAN BERKOMENTAR :

silakan komentar anda!

Translate

Followers

NEWS