HAM DAN DEMOKRASI
A. Pendahuluan
Judul ini penggalan statement pemimpin Papua Merdeka: Andy Ayamiseba (tokoh
senior, Pejuang Nasionalis Papua Barat di Vanuatu), dalam kesempatan wawancara
diliput dengan media setempat. Wawancara bertepatan hari proklamasi kemerdekaan
Papua Barat, yang jatuh pada tanggal 1 Desember 2006 lalu. Dalam kesempatan
itu, wartawan media cetak dan elektronik negara-negara Fasifik datang
mewawancarai Tuan Andy Ayamiseba. Judul tulisan ini berasal dari statement
wawancara itu.
Mengapa dijadikan sebagai judul tulisan ini? Alasannya karena Tuan Andy
Ayamiseba, adalah penggerak utama, Gerakan Papua Merdeka (baca, OPM), di
wilayah Fasifik tapi juga beliau adalah Tokoh Utama nasionalis Papua. Hal itu
terlihat dari sepak terjang gerakan perjuangannya dan terutama pemikiran
politiknya sepanjang yang penulis kenali setelah mengikuti sepak terjang
aktivitas perjuangannya, maka penulis berkesimpulan dan menetapkannya bahwa
Andy Ayamiseba adalah pemimpin Nasionalis Papua dalam arti sesungguhnya yang
dimiliki Papua saat ini di samping lainnya. Untuk itu dalam pendahuluan tulisan
ini secara singkat penulis ingin memperkenalkan sedikit, dari sekian banyak
tokoh pejuang Papua yang masih tersisa hidup, sehingga karena itu penting
diperkenalkan pada generasi muda Papua.
Andy Ayamiseba adalah salah satu tokoh pejuang gerakan Papua Merdeka, kelahiran
Manukwari. Andy Ayamiseba, putra sulung dari Alm. Ayahanda Dirk Ayamiseba,
berasal dari kampug Jende, Pulau Roon dan Alm. Ibunda Dolfina Tan Ayomi, dari
kampung Miei, Wondama.. Masa kanak-kanaknya di habiskan dikampung halaman
kelahirannya itu. Kini beliau sudah berusia sepuh dan bermukim di Vortvilla,
Vanuatu (salah satu negara kepulauan Fasifik Sealatan). Dia adalah satu dari
diantara beberapa pejuang senior OPM, yang tersisa setelah yang lain, satu
persatu mendahuluinya, untuk hidup bersama Bapak di Sorga.
Ayamiseba kini berusia genap 61 tahun, namun semangatnya 20-an tahun dalam
usaha gerakan Papua Merdeka. Dia tetap bersemangat, malah menurut perkiraan
saya lebih bersemangat dari generasi muda Papua. Puluhan tahun --sejak aneksasi
Papua Barat, oleh Indonesia secara paksa itu, --beliau tetap bertahan berjuang
di pengasingannya Vortvilla, Vanuatu. Pada usia dini dia sudah ikut berjuang
bersama para pejuang lainnya, keluar masuk hutan belantara Papua Barat. Dia
juga ikut menyaksikan proses pelaksanaan PEPERA yang konon cacat hukum
internasional itu, karena tidak memenuhi syarat; one man one vote, sebagaimana
harusnya tapi proses yang berjalan saat itu menyalahi aturan yang sudah
ditetapkan badan dunia, PBB.
Sejak usia muda beliau berjuang di tanah air Papua. Dia pernah dipenjarakan di
CPM Kloofkamp ditahun 1971, dalam kamar khusus berukuran 1.5x1m bersama Alm.
Pemimpin Bangsa, Dr. Thomas Wanggai yg ditahan dalam ruangan umum bersama
tahanan2 yg lain. Tapi terdesak terus, akhirnya sebagaimana lazimnya para
pejuang Papua (baca TPN-OPM), menyeberang ke sebelah, dan kini menetap di
Vanuatu. Hal itu diungkapkankannya oleh beliau sendiri dalam salah satu
kesempatan berikut ini :
“Sejarah kedatangan saya dan kelompok musik Black
Brothers ke Vanuatu berhubungan dengan surat perintah BrigJen Seth Rumkorem
selaku Pimpinan Markas Victoria OPM untuk membantu sdr. Rex Rumakiek mendirikan
basis OPM dinegri ini. Hal ini telah terjadi 17 tahun sebelum PDP lahir, dan
saya telah menolak pengangkatan oleh PDP karena saya tidak pernah diminta
kesediaannya, apalagi basis di Vanuatu didirikan oleh OPM. Setelah tiba di
Vanuatu dlm tahun 1983, public awareness mulai berjalan sehingga kami diijinkan
untuk membuka kantor, dan akhirnya Vanuatu bersedia untuk mensponsori Observer
status WP kedalam MSG (Melanesian Spearhead Group).”
Suatu ketika dalam korespondensi pribadi dengan penulis, yang juga kebetulan
ulang tahun usianya yang ke 61 itu, kepada penulis, beliau pernah mengatakan
begini :
“Ade Kaka sudah lelah berjuang berpuluh-puluh tahun dipengasingan dengan
meninggalkan tanah airku, Papua Barat, Saya sangat rindu sekali dengan kampung
halaman, (Manukwari, Papua Barat), Saya ingin segera kembali, untuk
menghabiskan sisa usia. Sudah cukup, 45 tahun sudah, waktu yang cukup panjang”.
Tapi dia ingat dengan janjinya bahwa sebelum negerinya, Papua Barat,
bebas-merdeka, dia tidak akan kembali sampai negerinya harus bebas dari
penjajahan. Bahkan dia bersumpah janji serahkan hidupnya hanya untuk perjuangan
kebebasan (kemerdekaan) tanah kelahirannya, Papua Barat.
Karena itu dengan nada penuh harap kepada kita semua, para generasi muda Papua,
beliau mengatakan dalam lanjutan suratnya begini: “Tolong Ade-Ade mahasiswa
bergerak terus, segera bebaskan Papua Barat, saya sudah lelah terus hidup di
pengasingan”.
Agar yang muda berjuang lebih keras untuk mengakhiri penjajahan Papua oleh para
kolonial. Diakhir surat ada nada suruhan secara tegas: “Segera bebaskan Papua
Barat dari penjajahan Indonesia!”. Demikian dia akhiri suratnya, agar dirinya
bisa kembali ke tanah air kelahirannya di Manukwari. Berikut ini adalah hasil
rekaman lain penulis, dalam korespondesi dengan beliau antara tahun 2005 sampai
2008, yang menjadi tema sentral yang menjadi inspirasi penulis untuk menulis
atrikel ini.
B. Bukan Soal Pertanyaan
Dalam memperingati hari kemerdekaan Papua Barat (HUT PAPUA KE 45), yang
diperingati seluruh dunia oleh orang-orang Papua yang diaspora, Tuan Andy
Ayamiseba dengan nada yakin bersuara dengan nada penuh arti dia berani
menyatakan keyakinannya itu sebagaimana dilansir berbagai media massa internasoinal
berikut kutipannya :
"Kemerdekaan Papua Barat, bukan soal
"pertanyaan" tapi "masalah waktu saja".
Kemerdekaan Papua Barat, yang jatuh pada tanggal 1 Desember 2006 ini, dan hal
itu dinyatakannya dalam kesempatan memperingatai hari ulang tahun kemerdekaan
Papua Barat diseluruh dunia. Karena pada saat bersamaan; Bintang kejora,
bendera Kebangsaan Nasional Papua, tidak berkibar di tanah Airnya sendiri. Di
Papua Barat yang ada hanya 17 Agustus 1945, hari kelahirannya proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang ramai selalu dan umum diperingati. Sedangkan 1
Desember 1962 sama sekali tidak diperingati oleh siapapun orang di Papua
sebagaimana harusnya, tapi justeru Bintang Kejora berkibar diseluruh dunia.
Fenomena demikian itu oleh Tuan Andy Ayamiseba dinyatakannya
dalam judul berita berikut:
"Bintang Kejora dikibarkan di seluruh dunia menandakan dukungan yang
significant".
Demikian judul berita harian terkemuka di negeri itu memuat berita wawancara
Tuan Andy Ayamiseba. Dalam pemberitaannya pada tanggal 2 Desember 2006, sesudah
peringatan hari Proklamasi Papua Merdeka di seluruh dunia secara serentak dan
merata. Ini menjadi penting diperhatikan. Pada bagian lain ia mengingatkan, dengan menyatakan bahwa; Kemerdekaan Papua
Barat, usianya sudah 45 tahun telah di rampas oleh Indonesia, kutipannya
lengkapnya terbaca sbb:
"45 tahun umurnya, hidup dalam lumpur kesenggsaraan, di tindas agar tidak
dikenal oleh bangsanya". Ini dinyatakannya untuk membuka mata internasional, terutama negara-negara
seperti Indonesia, Amerika dan Belanda yang paling bertanggungjawab, atas
penistaan nasib bangsa dan negara Papua Barat, bahwa sudah sekian lama mereka
menerlantarkan orang Papua dinegerinya sendiri tanpa hak perlindungan apa-apa,
terutama tanpa hak menikmati hasil kekayaan alam yang luar biasa kaya raya.
Dan negara-negara dunia sudah sejak lama hanya mengeruk harta kekayaan tanpa
memperdulikan penduduk sebagai pemilik hak ulayat tanah dan kekayaan alamnya.
Yang dimaksudkan Tuan Andy Ayamiseba dengan negara-negara dunia disini,
agaknya, secara tidak langsung adalah Amerika dan Inggris. Sebab kedua negara
Barat ini saat ini mengeruk kekayaan Papua secara besar-besaran dilakukan oleh
PT Freeport dan Britis Petrolium.
Namun Indonesia juga tidak luput dari peringatan kerasnya. Indonesia diingatkan
bahwa semua usaha meredam aspirasi Papua merdeka itu sia-sia belaka. Dan hal
itu hanya untuk mematikan nasionalisme Papua, yang sesungguhnya tidak akan
pernah berhasil.
Karena Papua bukan soal pembangunan atau apa, tapi perbedaan identitas dari
Indonesia yang Asia. Karena itu semua usaha Indonesia, memepertahankan Papua
sebagai bagian NKRI, adalah akal-akalan yang tidak masuk akal, tidak bermanfaat
bagi siapapun orang Papua dan akhirnya terbukti tidak akan berhasil. Sebab
kemerdekaan bagi rakyat Papua sudah terpatri disanubari hati yang paling dalam
dimanapun mereka berada. Dalam peringatan 1 Desember 2006 di Tanah Papua tidak ada upacara apapun untuk
memperingati hari kelahirannya. Karena hal itu di sebabkan oleh penjagaan dan
ancaman peluru mematikan tentara Indonesia yang siap membunuh bagi siapa saja
yang berani memperingati HUT ke 45 Papua Merdeka, atau terbukti menaikkan
Bintang Kejora. Karena ancaman dan penjagaan aparat keamanan Indonesia ini
tidak ada peringatan hari kelahiran Papua Merdeka di Tanah Papua sendiri.
Tapi bahwa : "Bintang Kejora dikibarkan diseluruh Dunia menandakan
dukungan yang significant". Oleh sebab itu kita patut bangga kepada para
pejuang Papua di luar negeri. Mereka berhasil mempengaruhi dan melobby sejumlah
LSM dan pemerintah negara -negara dunia. Terbukti hal ini dari dukungan
peringatan masing-masing negara dunia pada peringatan Kemerdekaan Papua Barat
pada 1 Desember 2006 kemarin.
Akhirnya Indonesia dan sekutu koloni dan kapitalisnya patut berfikir ulang akan
pendudukannya di Papua Barat selama ini. Jika tidak sebgaimana diingatkan oleh
Tuan Andy Ayamiseba bahwa Papua soal waktu dan Indonesia akan kecolongan waktu
nanti. Sebab Tuan Andy Ayamiseba yakin bahwa Merdeka bagi Papua soal waktu.
Artinya Kapanpun Papua tetap Merdeka. Beliau menyatakan demikian bukan tanpa alasan, sebab dalam peringatan hari
ulang tahun ke 45 Proklamasi Papua Merdeka di peringati disejumlah negara Eropa
dan Pasifik. Dalam kapasitasnya dan perannya di forum internasional dalam
membawa issu Papua Merdeka, Tuan Andy Ayamiseba tidak diragukan kapabilitasnya.
Karena itu kita bukan saja menjadi percaya tapi juga bangga atas
keberhasilannya bahwa seakan ia mau meyakinkan kita semua dan percaya betul
tentang soal Papua Merdeka hanyalah masalah waktu saja.
C. Kemerdekaan Papua: Hanya Masalah Waktu Saja
"Kemerdekaan Papua Barat dewasa ini bukan lagi merupakan suatu pertanyaan,
melainkan adalah masalah WAKTU saja". Sengaja kita kutip kembali statemen
secara utuh sehingga kita mau mengerti apa maksud bahwa penulisan kata
"waktu" menggunakan huruf besar.
Jika kalimat ini dinyatakan dengan, "Papua Merdeka adalah Wajib",
atau dengan kalimat lain misalnya; "Papua Merdeka Harus", maka
kalimat itu mengandungg pengertian mengajak kita karena itu dibalik kata harus
atau wajib, biasanya memang ada yang tidak mematuhi atau ikut dalam suatu
perintah kewajiban. Tapi Papua merdeka soal waktu adalah soal hak asasi
manusia, karena itu siapun orang Papua pada dasarnya punya hak bebas, kapan
saja, karena hanya soal waktu.
Kata Papua, hanya "soal waktu", singkat padat tapi juga rasional dan
masuk akal, sebab tidak dipungkuri, kecuali dengan kekerasan dan ancaman suatu
pemerintahan seberang dapat bertahan, hanya sementara, tapi akhirnya,
sebagaimana rasionalnya alasan bahwa dunia semakin mengglobal, dunia semakin
sempit, pada akhirnya semua pemaksaan, penjajahan akan terbukti tidak abadi,
yang abadi hanya perubahan yang berarti, Papua merdeka, hanya “soal waktu”,
sungguh satu kalimat pendeka yang punya makna dalam dan bisa diuraikan
beribu-ribu lembar halaman kertas, tanpa usai.
Karena itu peringatan ini sebagai pendidikan politik oleh seorang tokoh pejuang
pembebasan Papua, juga mengandung kebenaran logika kebenaran yang tidak dapat
dibantah oleh siapapun. Bagi yang terlanjur pesimis sebelum ini, dua kata
pendek ini, lebih dari cukup, kembali mengingatkan, sekaligus menguatkan
harapan, bahwa kita hidup harus penuh harapan masa depan.
Pesan singkat tapi padat arti ini kedalaman maknanya terdapat pada kebenaran
logikanya, yaitu, panta rei, tidak ada yang tidak abadi didunia ini, selamanya
mengikuti hukum, dunia dan kehidupannya selalu selamanya berubah. Dengan kata
lain bahwa yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Disini kita diingatkan Tuan
Andy Ayamiseba, karena itu patut disyukuri rakyat Papua Barat. Karena
penjajahan dan penindasan pada saatnya juga akan usai sesuai perubahan waktu
itu sendiri.
D. Soal Waktu: Warning Bagi Indonesia
Sebaliknya, kalimat singkat, dengan hanya dua kata inti ini menjadi ancaman
serius bagi kepentingan kolonilisme di Papua Barat, misalnya konsep negara
NKRI-nya bangsa Idonesia. Karena itu bagi Indonesia untuk tidak lagi main-main
menangani Papua dan menganggapnya soal enteng. Tapi sebagaimana dalam kutipan
diatas dengan mengunakan huruf besar dalam penulisan kalimat "waktu",
ini pertanda alamat hari kiamat bagi Indonesia. Karena itu peringatan Tuan Andy
Ayamiseba ini mengandung makna samping lain yakni ancaman bahwa Papua akan Merdeka
dengan dukungan dunia Internasional.
Tetapi yang menyatakan stateman ini adalah tokoh paling utama di luar negeri
dan barisan orang Papua pertama yang cukup terdidik. Tuan Andy Ayamiseba yang
cukup senior dalam pergerakan perjuangan merasa yakin betul, bahwa Papua soal
waktu. Dalam pernyataannya ini beliau mengingatkan dunia, Indonesia dan kita
semua untuk mempersiapkan diri menghadapi kenyataan Papua melepaskan diri dari
Indonesia untuk membangun masa depannya sendiri hanyalah masalah waktu saja.
Bagi penulis menarik dikomentari adalah penulisan kata "waktu".
Disini ada pesan yang secara intrinsik, mengandung arti lain, karena Indonesia
dengan otonomi khusus Papua dianggapnya sudah selesai dan cukup aman. Tapi Tuan
Andy Ayamiseba menyatakan Papua soal waktu berarti kapanpun kita, wajib diakui,
terpaksa maupun dipaksa, merdeka adalah hak bangsa Papua yang dirampas
Indonesia selama ini sebagai wajar dikembalikan nanti, sekarang atau kapanpun,
hanya soal waktu. Kemerdekaan Papua Barat, "soal waktu " penting
dimengerti.
Tuan Andy Ayamiseba tokoh nomor satu sayap gerakan Papua Merdeka di
pengasingannya yang cukup dikenal oleh Jakarta, hingga selalu saja menyulitkan
posisi Indonesia, disini letaknya menarik untuk dikomentari oleh penulis. Dan
karenanya statemennya ini dapat berakibat kebenaran yang akan kita hadapi masa
depan.
Tuan Andy Ayamiseba yang selalu tampil di forum Internasional dalam kampanye
Gerakan Papua Merdeka dan berdomisili lama diluar negeri, malang melintang
dalam diplomasi Papua Merdeka seakan merasa yakin dan sebagai salah seorang
juru bicara di dunia Internasional tentang Gerakan Papua Merdeka. Pernyataanya
ini betul akan terbukti adanya nanti.
Sumber: catatan facebook. Ismail Asso
Sumber: catatan facebook. Ismail Asso