Thursday, April 26, 2012

Andai Negara Tak membunuh Arnold Ap ?

Mypapua     10:44 PM   No comments

JAKARTA (UMAGI)-- Orang Papua dalam hidup dan karyanya di Indonesia sejak 1969  ibarat kisah orang-orang tahanan yang terbelenggu dan tidak mau keluar dari keterbelenggu di dalam gua, sebagaimana dikisahkan dalam mite gua yang digambarkan oleh Plato, filsuf Yunani Kuno, dalam dialog Politeai.  Orang-orang tahanan yang sejak lahirnya terbelenggu dalam gua.

Untuk membebaskan bangsa yang terpenjarah inilah Arnold Ap yang dilahirkan sebagai orang Papua dari Biak pada 1 Juli 1945 ini muncul sebagai seorang pemimpin Papua Barat, antropolog, budayawan sekaligius musisi.

Sayang, usaha membebaskan kaum terpenjarah dihentikan sejak bulan November 1983 saat pemimpin kelompok Mambesak, dan kurator dari Museum Universitas Cenderawasih ini ditangkap dan dipenjarakan serta disiksa.


Andaikan Pada bulan April 1984 pasukan khusus Indonesia, Kopasanda atau kini Kopassus tidak membunuh Arnold Ap maka Masalah krisis identitas bangsa  yang sedang melanda Papua tentu bernasib lain. Krisis identitas membuat inilah yang sekarang menjadi persoalan yang sangat serius di Papua.

Akibat krisis identitas yang melanda bangsa ini, rakyat  pun menjadi orang-orang yang rendah diri, latah akan hal-hal yang berbau luar negeri dan (sepertinya) malu dilahirkan dan menjadi Papua.

Tentu kita dapat melihat disekitar kita, masih ada orang Papua yang merasa rendah diri identitas diri rabut kriting dan kulit hitam manis sehingga rambut direbounding.  Tidak seperti Arnold Ap yang tampil penuh percaya diri dan sungguh menawan  dengan rambut kriting, kribonya.

Persoalan lain yang menyebabkan bangsa ini semakin krisis identitas adalah minimnya tokoh-tokoh seperti Arnold Ap yang mampu menyatuhkan seluruh orang Papua dengan karya maha agung yang dikenang hingga kini yakni Mambesak.
Arnold  semasa hidupnya  dijadikan teladan dan panutan sehingga mampu merangkul orang Papua dari tujuh wilayah Adat yang ada di tanah Papua. Tentu ia sedih melihat kondisi masa kini. Dimana para pejabat publik dan elit politik yang seharusnya menjadi panutan dan teladan bisa dikatakan jauh panggang dari api.

Para pejabat publik dan elit politik saat ini juga sedang dilanda euforia korup untuk memperkaya diri dengan uang otonomi Khusus yang bunyinya triliunan rupiah sementara kondisi rakyat orang asli Papua  semakin melarat dan hidup dibawah garis kemiskinan akut.
Semasa hidupnya senatero tanah Papua dari kota-kota hingga ke pelosok-pelosok desa mengenal gaya musiknya karena karya-karya seni budaya Papuanya disiarkan di acara radio mingguan. Tentu namanya termasyur hingga kini.

Pembebasan kaum jelata menjadi inspirasi dalam berkarya memimpin group musik yang sempat membuat Negara Indonesia meradang.

Tentu banyak seniman dan musikus  di dunia seperti Arnold Ap yang juga menggunakan talenta seni bernyanyi melantumkan lagu-lagu perdamaian, lagu pembangkit nasionalisme dan memprotes ketidakadilan serta peperangan yang terjadi di dunia.

Adalah Bob Marley yang sejak dilahirkan Februari 1945 kedua orang tuanya memberikan nama Robert Nesta Marley. Sama seperti Arnold Ap bernayanyi untuk pembebasan, Marley  melakukan 2 pertunjukan di Madison Square Garden dalam rangka merengkuh warga kulit hitam di Amerika Serikat.

Saat diskriminasi rasial serta perbedaan gender terus tertanam dalam pikiran serta kebijakan nyata para pemimpin dunia,  Marley menghadirkan “No Women No Cry” masih akan terus mengahapus air mata dari wajah seorang janda.

 “Exodus” masih akan memunculkan ksatria, “Redemtion Song” masih akan menjadi tangisan emansipasi untuk melawan segala tirrani, “Waiting in Vaint” akan tetap menggairahkan, dan “One Love” akan terus menjadi himne internasional bagi kesatuan kemanusiaan didunia melampui batas-batas, melampui kepercayaan-kepercayaan, di mana tiap orang akan sadar dan mempelajarinya.

Selain Arnold Ap dan Bob Marley tentu kita pun masih ingat lagu We Are the World adalah lagu yang diciptakan oleh Michael Jackson dan Lionel pada tahun 1985 yang diproduksi oleh Quincy Jones sebagai singel amal untuk mengumpulkan dana bagi usaha-usaha penanggulangan kelaparan di Ethiopia yang telah menderita instabilitas politik dan musibah kekeringan pada 1984-1985.

Selain itu lagu  Scorpions Wind of Change”.   Lagu ini menceritakan tentang perubahan politik di Eropa Timur pada waktu itu seperti runtuhnya Tembok Berlin, meningkatnya kebebasan di blok komunis (yang disusul jatuhnya Uni Soviet) dan berakhirnya Perang Dingin.

Pada bulan Januari tahun 2009, selama perang di Gaza, Michael menulis dan merilis lagu dalam upayanya untuk mendukung para korban sipil Palestina. Lagu ini berjudul We will not go down yang artinya kira2 Kami tidak akan menyerah

Pada bulan Januari tahun 2009, selama perang di Gaza, Michael menulis dan merilis lagu dalam upayanya untuk mendukung para korban sipil Palestina. Lagu ini berjudul We will not go down yang artinya Kami tidak akan menyerah.

Tentu masih banyak banyak lagi yang  karya mereka akan dikenang sepanjang masa, namun sayang karya agung seorang Arnold Ap harus di hentikan oleh kebijakan Negara Indonesia sehingga  pada bulan April 1984 dia dibunuh. Saat penguburan Arnold Ap di Abepura, Jayapura, Papua ditangisi dan dihadiri oleh puluhan ribu warga, baik Papua maupun orang Indonesia.

Arnold Ap dan Mambesaknya akan terus bergema dalam setiap orang melampui kepercayaan-kepercayaan, tidak terbatas pada kesukuan, lintas budaya di mana tiap orang Papua akan sadar dan mempelajarinya. (CP/ John Pakage)
Sumber: Catatan Facebook

, , ,

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 SILAKAN BERKOMENTAR :

silakan komentar anda!

Translate

Followers

NEWS