UMAGINEWS -- Sejumlah aktivis hak asasi manusia dan korban kekerasan menggelar refleksi dan doa bersama untuk Sondang Hutagalung (22) di depan gerbang Monumen Nasional yang menghadap Istana Negara, Sabtu (17/12/2011) malam.
Acara itu dilaksanakan oleh Hammurabi dan Sahabat Munir di antara waktu demonstrasi oleh puluhan mahasiswa dengan isu yang sama, yakni memperingati tujuh hari kematian Sondang Hutagalung (22), mahasiswa Universitas Bung Karno yang membakar diri di depan Istana Negara pada Rabu (7/12/2011)
.
Sondang, putra bungsu dari empat bersaudara, meninggal dunia dalam perawatan luka bakar di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Sabtu (10/12/2011). Sondang dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pondok Kelapa, Jakarta Timur, keesokan harinya.
Dalam refleksi, Neneng, korban perampasan tanah di Rumpin, Tangerang, Banten, mengatakan, mengenal Sondang sebagai aktivis yang amat peduli dengan korban kekerasan dan korban pelanggaran HAM.
Dorus Wakum, Koordinator Komunitas Adat Masyarakat Papua Antikorupsi (Kampak), menambahkan, Sondang merupakan pejuang tanpa batas yang selalu bersemangat ikut memperjuangan nasib orang Papua yang dinilai didiskriminasi melalui kebijakan pemerintah yang keliru.
Sintharo, sahabat dekat Sondang dan aktivis Himpunan Advokasi-Study Mahasiswa Marhaen untuk Rakyat dan Bangsa Indonesia (Hammurabi) menambahkan, dirinya amat kehilangan Sondang.
Mutiara Ika Pratiwi, aktivis Pembebasan-Nasional, menyatakan, Sondang adalah contoh aktivis yang selalu gelisah terhadap pemerintah yang dinilai mengabaikan kasus-kasus pelanggaran HAM.
Sondang bersama korban HAM pernah menulis seribu surat untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, surat itu diabaikan oleh pemimpin negeri. Yang menyakitkan bagi Sondang, surat dari tersangka korupsi-mantan Bendahara Umum Partai Demokrat-Nazaruddin justru dibalas oleh Presiden. "Itu pula kekecewaan Sondang," kata aktivis.
