JUBI---Pemimpin Gereja di
Papua telah menemui Presiden Indonesia, Soesilo Bambang Yoedhoyono guna
membahas dan menyampaikan pokok-pokok pikiran mereka terhadap kondisi aktual
Papua. Pertemuan yang diprakarsai oleh Persatuan Gereja-gereja di Indonesia
(PGI) ini berlangsung selama dua jam pada Jumat (16/12) malam di Cikeas.
Keempat pimpinan gereja tersebut, yakni Pdt.
Jemima Krey, Rev Benny Giay, Pdt Socratez Sofyan Yoman dan Pendeta Martin
Luther Wanma menyampaikan surat tujuh halaman kepada Presiden Yudhoyono. Surat
tersebut berisikan permintaan pada pemerintah Indonesia untuk melakukan dialog
dengan rakyat
Papua. Selain permintaan dialog, dalam surat tersebut Presiden Yudhoyono diminta agar menghentikan Operasi Matoa di Paniai, yang telah menyebabkan 14 orang tewas dan beberapa desa dibakar.
Papua. Selain permintaan dialog, dalam surat tersebut Presiden Yudhoyono diminta agar menghentikan Operasi Matoa di Paniai, yang telah menyebabkan 14 orang tewas dan beberapa desa dibakar.
Keempat pemimpin gereja ini juga menyampaikan
permintaan agar menarik pasukan non-organik dari Papua, melepaskan tahanan
politik Papua dan membatalkan Peraturan Pemerintah Nomor 77/2007 yang melarang
bendera Bintang Kejora. Selain itu mereka juga menyampaikan pandangan mereka
bahwa Otonomi Khusus 2001 di Papua telah gagal namun mereka mempertanyakan
pembentukan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) yang
dipastikan berjalan tanpa partisipasi dari orang Papua.
Dihadapan keempat pimpinan gereja di Papua ini,
Yudhoyono langsung meminta kepala polisi Jenderal Indonesia Timur Pradopo untuk
menghentikan Operasi Matoa. Dia juga menyebutkan bahwa Presiden AS Barack Obama
dan Menlu Hillary Clinton telah mengangkat masalah pelanggaran hak asasi
manusia di Papua.
Yudhoyono dalam pertemuan tersebut menyambut
adanya semacam dialog. Namun ia mengingatkan bahwa sebagai presiden ia harus
menjaga integritas wilayah Indonesia. Dia berjanji untuk menegakkan hukum di
Papua dan untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia. Yudhoyono dalam
kesempatan tersebut berjanji untuk melakukan dialog selanjutnya dengan empat
Pendeta pada minggu ketiga bulan Januari.
Phil Erari, mantan Ketua PGI yang memediasi pertemuan ini
mengatakan bahwa keempat Pimpinan Gereja Papua ini sudah menyampaikan fakta
sejarah kepada Presiden. “Kami juga sudah memaparkan fakta sejarah yang terjadi
di Papua seperti dicetuskannya Trikora, berlanjut ke Penentuan Pendapat Rakyat
(PEPERA), dan berlanjut sampai terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), termasuk
yang paling baru terjadi di Kabupaten Paniai,” tulis Phil dalam surat
elektronik di sebuah mailing list.
Dalam pertemuan ini, selain Yodhoyono, hadir juga Wakil
Presiden Boediono dan beberapa anggota kabinet, beberapa perwira tinggi militer
Indonesia dan Kapolri. (Victor Mambor)