Saturday, December 17, 2011

Sondang, Sang Revolusioner Telah Pergi

Mypapua     8:27 AM  



IlustrasiUMAGINEWS-- Sondang Hutagalung, lelaki berambut cepak dengan badan yang berisi itu memiliki tatapan tajam. Meskipun ia jarang berbicara namun terlihat kesungguhan dari matanya. Dalam setiap aksi yang diikutinya, ia tampak total. Seperti perjumpaanku kurang lebih 3 bulan lalu di aksi solidaritas untuk Papua akhir September lalu.


Sondang memerankan dirinya sebagai seorang militer yang kejam di Papua. Dengan memakai baju loreng dan senjata laras panjang, Sondang terlihat begitu gagah. Sepatu hitam yang dipakai pada saat itulah yang menemani kematiannya.



 Sondang, lelaki muda berusia 22 tahun. Memiliki semangat juang yang tak dapat ditampik lagi. Keberadaannya ditengah-tengah komunitas aktivis di ibu kota telah menempanya menjadi pribadi yang kuat. Ia memiliki cara tersendiri untuk melakukan perlawanan.


Sebagai penggiat organisasi kemahasiswaan di Universitas Bung Karno, Sondang cukup dikenal dan dicintai oleh semua orang. Namun tidak semua orang mengerti tentang pilihan kematian baginya. Kehilangan pasti, sedih itu juga yang menjalar di wajah-wajah penggiat Hak Asasi Manusia sejak tengah malam 10 Desember.


Di atas meja sudut rumah duka RSCM, foto Sondang berjajar di tengah taburan bunga duka cita, sementara lilin menyala redup ditiup angin. Sondang tersenyum di tengah derai air mata semua orang yang menunggu dengan pedih kepastian jenasahnya akan dibawa kemana. Sondang, foto dengan tangan bersidekap itu seperti menemani semua wajah yang murung dan terluka.


Wajah tak kalah pedih ditunjukkan oleh keluarga Sondang, tangis seorang ibu pecah ketika mendengar ratusan mahasiswa bernyanyi, orasi dan meminta jenasah Sondang dibawa ke kampusnya tercinta, tempat ia ditempa perjuangan hidup dan kemanusiaan.


Di tengah kontroversi tentang pilihan Sondang dalam melakukan protes terhadap rezim ini, tentunya kita semua mengerti bahwa ini adalah bentuk protes putus asa terhadap pemimpin negeri ini. Di antara sejumlah aksi dengan berbagai cara untuk perubahan bangsa ini, ternyata semua membentur tembok, tetap gagu dan membisu.


Sondang dapat membaca keresahan keluarga korban pelanggaran HAM yang telah bertahun-tahun melakukan aksi diam di depan Istana, namun tak juga mendapat respon dari pemimpin negeri ini. Di tengah carut-marut kasus korupsi yang kian menjerat pemerintahan ini, ternyata tak cukup hanya dengan melakukan aksi dan tuntutan perubahan. Sondang merasakan keresahan itu luar biasa menghimpit dadanya.


Sondang telah menghentakkan publik dengan keberaniannya mengorbankan nyawanya. Kita ingat Mahatma Gandhi pernah melakukan aksi mogok untuk mencegah pertempuran antara orang-orang Hindu dengan orang-orang Islam dan walaupun beliau dihentikan sebelum maut, beliau kelihatan rela mati. Ini menarik perhatian kepada perjuangannya dan hormat yang amat kepada beliau sebagai seorang pemimpin rohaniah.


Wikepedia melansir pada decade 1960an Sami-Sami Budha khususnya Thich Quang Duc, di Vietnam Selatan telah menarik perhatian dunia Barat dengan melakukan aksi bakar diri hingga mati menentang Presiden No Dinh Diem. Peristiwa lain pada masa perang Dingin di Eropa Timur melalui kematian Jan Palach setelah serangan Kesatuan Soviet atas Czechoslovakia serta pengorbana diri Romas Kalanta di lebuh raya Kaunas, Lithunia pada tahun 1972. Pada November 2006, Milachi Ritscher seorang aktivis anti perang amerka Serikat, melakukan bunuh diri terhadap bantahan terhadap perang di Iraq.


Di Jepang bunuh diri dilakukan oleh tentara yang kalah perang atau gagal mempertahankan Negara memilih untuk menamatkan riwayat mereka melakui hara-kiri, atau potong perut dengan samurai.


Pada Desember tahun 2010 Muhammed Bouazizi (26) , melakukan aksi bakar diri di Tunisia. Aksi menyulut gelombang massa dan berhasil menumbangkan penguasa Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun. “Itu gerakan rakyat pertama yang menjatuhkan penguasa.”


Kemudian kita kembali ke Indonesia. Melihat carut marut politik Negara yang kian parah, korupsi menjadi bagian trend bagi pejabat publik. Bahkan menjadi gaya hidup bagi PNS muda akhir-akhir ini. Mengambil hak orang lain merupakan hal lumrah dan gaya hidup keren bagi kalangan penguasa. Bahkan hal itu dilakukan secara bersama-sama hingga tidak memikirkan nasib ribuan manusia lainnya. Kematian menjemput di berbagai tempat karena kemiskinan dan kelaparan. Semuanya dianggap wajar oleh pemimpin negeri ini, semua tetap berlanjut, seperti anjing menggonggong.
Tangis seorang ibu pecah ketika mendengar ratusan mahasiswa bernyanyi, orasi dan meminta jenasah Sondang di bawa ke kampusnya tercinta, tempat ia ditempa perjuangan hidup dan kemanusiaan.
Sengkarut di negeri ini telah menohok sisi kemanusiaan seorang Sondang. Sebagai seorang revolusioner ia merasakan kegundahan luar biasa. Berbagai jalan telah ia tempuh, termasuk kematian untuk perubahan. Sondang telah memilih perjuangannya untuk perubahan bangsa ini, tanpa ingin melibatkan orang lain susah dalam kematiannya, termasuk ia merahasiakan rencana aksi bakar diri terhadap siapapun.


Sondang diakhir perjalanan hidupmu, engkau tersenyum menitipkan pesan pada kami semua untuk tidak larut dalam sedih atas kepergianmu. Hari ini tanah merah telah mendekap ragamu dalam sunyi. Namun tangan Tuhan telah merangkulmu dalam damai…


Pergilah kawan dalam sejarah yang tak terlupakan. Kami semua akan terus belajar untuk berjuang dengan cara kami, dengan tetap mengilhami perjalananmu yang kini abadi. Satu putra terbaik pertiwi telah pergi dalam tapal batas perjuangan yang belum berakhir…


Wasiat perlawanan telah Sondang torehkan. Tinggal kita semua melanjutkan apa yang telah ia mulai, buka mata wahai penguasa negeri bebal, rakyatmu sudah muak dengan kepemimpinanmu yang tidak pernah memihak rakyat…

Mypapua


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

Translate

Followers

NEWS