JUBI --- Hingga
kini, Sabtu (26/11) siang, warga sipil Kabupaten Paniai dan sekitarnya
masih trauma dan takut terhadap penyisiran dan sweeping dari rumah ke
rumah yang dilakukan oleh aparat militer gabungan TNI, POLRI dan Brimob.
“Sweeping oleh aparat militer masih dilakukan. Mereka masuk dari
rumah ke rumah. Ini yang kami takutkan, karena warga rata-rata tidak
bisa berbahasa Indonesia. Salah-salah bicara bahasa indonesia, warga
bisa dipukul, disiksa atau dibunuh dan lain-lain sebagainya,” ungkap
Andy Gobay, salah satu warga sipil di Eduda, Kabupaten Paniai, Sabtu
(26/11).
Operasi ini merupakan lanjutan dari operasi sebelumnya. Pada tanggal
21 November lalu, aparat gabungan melakukan sweeping alat tajam milik
warga sipil. “Tidak tahu, kenapa mereka (Aparat keamanan-red)
lakukan sweeping dari Kampung Ipakiye sampai Kampung Uwibutu di Madi?”
tanya Gobay. Sweeping juga telah dilakukan terhadap perumahan pegawai
negeri sipil Madi, Paniai. “Barang yang disita dari lokasi perumahan PNS
adalah seperti parang, kapak yang biasa pake belah kayu, sekop dan
pisau di dapur. Kami kaget ada apa? Tapi polisi bilang kami sweeping
demi tugas,” ungkap seorang PNS kepada tabloidjubi.com, Sabtu (26/11).
Sumber lain menyebutkan, di Paniai sejak 10 November lalu telah
terjadi penambahan pasukan dalam jumlah berlebihan. Setelah ada
penambahan pasukan, sweeping juga dilakukan di Kampung Kogekotu, Aikai,
Iyaibutu, Madii dan Kampung Uwidapa, Kabupaten Paniai. Sweeping terhadap
warga dan rumah sipil juga dilakukan di Komopa, Kamis (24/11) lalu.
Kemudian, Jumad (25/11) kemarin sore, warga mendapati sejumlah aparat
militer lainnya menuju Obano (Paniai Barat-red), menggunakan 3 unit
Speedboat. Kampung lain yang dicemaskan warga adalah, Kampung Dagouto
dan Kopabutu. “Aparat bersenjata membuka Pos militer baru di sana dan
sekaligus menanamkan tiang bendera merah putih di sekitarnya. Tapi kami
pikir, tindakan ini hanya memancing warga sipil,” ucap warga yang
dihubungi, Sabtu (26/11) pagi.
Sweeping kali ini bisa dikatakan operasi militer tanpa tujuan dan
alasan yang jelas. Sebab, selain benda tajam, beberapa oknum aparat
keamanan rupanya melakukan tindakan yang merugikan warga sipil dari sisi
bisnis dan ekonomi. “Bukan manusia yang ditangkap sebenarnya, tapi
militer Indonesia telah menangkap ternak, menyita Komputer, Ijazah,
pakaian Adat seperti koteka dan Noken Adat,” ungkap seorang warga dari
Deyatei, Paniai. Beberapa pemilik rumah, dilaporkan dipukul aparat
militer, terutama anak laki-laki. Dalam sebuah laporan oleh warga sipil,
menyebutkan, operasi ini dilakukan di sembilan distrik/kecamatan di
wilayah itu. (JUBI/ALMER PITS)
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!