Yogyakarta (Umagi Papua) – yang
tergabung dalam Solidaritas Anak bangsa Untuk kemanusiaan (Sabuk) “Rountable Discussion “ dengan Thama Umum ‘Membangun Solidaritas untuk
Penyelesaian Konflik Papua’ dilakukan pada hari Senin tanggal 21 November 2011,
di Wisma Imanuel , Jl Samirono Baru 154 Yogyakarta (belakang RRI Gejayang Yogyakarta).
Konflik Papua selama 50 lebih tahun hingga sampai saat ini menunjukkan adanya
tanda-tanda kapan berakhir.
Berbagasi pendekatan, langka, dan kebijakan yang dilakukan semua pihak, baik dari pemerintah pusat mupun daerah, toko agama, LSM, dan berbagai elemen tergabung dalam Jaringan damai Papua(JDP) hingga sikap-sikap solidaritas masyarakat sipil dan perseorangan untuk Papua, tidak juga menurunkan tensi konflik-konflik tersebut, bahkan kian demi eskalasinya terus memperhatikan. November 1 desember 2011, saat ini banyak mahasiswa pulang ke Papua dengan alasan yang beragam.
Berbagasi pendekatan, langka, dan kebijakan yang dilakukan semua pihak, baik dari pemerintah pusat mupun daerah, toko agama, LSM, dan berbagai elemen tergabung dalam Jaringan damai Papua(JDP) hingga sikap-sikap solidaritas masyarakat sipil dan perseorangan untuk Papua, tidak juga menurunkan tensi konflik-konflik tersebut, bahkan kian demi eskalasinya terus memperhatikan. November 1 desember 2011, saat ini banyak mahasiswa pulang ke Papua dengan alasan yang beragam.
Rountable Discussion yang digagas
oleh Solidaritas Anak bangsa untuk kemanusian (SABUK) meliputi Lingkar Pelangi
Nusantara (LPN) Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Yogyakarta dan beberapa Elemen
kepemudaan daerah, serta Prodemokrasi, mendiskusikan apa-apa saja yang menjadi
akar, cabang dan ranting permasalahan yang melatari terjadi konflik Papua yang
berkepanjangan, mengurai satu per satu permasalahan yang ikut menguburkan
benih-benih konflik ditanah Papua, serta mencari solusi alternative yang
disepakati untuk menjadi landasan dibangunnya solidaritas Kemannusiaan
penyelesaian konflik Papua. akar persoalan Konflik Papua adalah masalah
sejarah, Imprealisme masuk di Papua melalui pemerintah Indonesia Kependingan
Pemodal asing (Amerika Belanda dan sekutuhnya). Kekerasan yang dilakukan oleh
TNI-Polri terhadap rakyat sipil Papua atas Kebijakan Pemerintah mempertahankan
Papua adalah NKRI Harga Mati, dengan
tindakan-tindakan melanggar semua aspek kehidupan baik masyarat pribumi Papua
di bidang Kesehatan, Pendidikan,
Ekonomi, Social, Budaya Hukum dan Ham.
Diskusi tersebut diawali dengan mengundang
testimony melalui pembicara kunci dari Mahasiswa Papua untuk mempaparkan
kondisi Awal sejak 1961 hingga terkini di Papua salah satunya adalah masalah
Sejarah aneksasi Papua kedalam Indonesia yang penuh rekayasa, oleh Pemerintah Indonesia dengan kepentingan Impreliasme
Pemodal asing Seperti America (Freeport), serta apa saja yang sebenarnya dan upaya-upaya
yang diinginkan dalam penyelesaian konflik Papua. Selanjutnya pembacaan actual
yang telah disampaikan oleh Prof. Dr. PM laksono (Antropolo/PSAP UGM), bahwa
orang Papua di bumi Papua Barat pernuh ada media Komunikasi antara manusia
Papua dengan Papua Lainya serta dan masyarakat luas di tingkat Nasional maupun
di tingkat Internasional supaya persoalan yang sebenarnya Rakyat inginkan alias
cita-citakan agar terwujub dengan baik. Manusia pada umumnya dilahirkan untuk
merdeka bebas dari ancaman/kekerasaan tindakan-tindakan yang tidak manusiawi dan bebas dari penjajahan tetapi Negari
Indonesia ini saja sudah merdeka Tetapi Masih dijajah oleh negaranya sendiri.
Seperti Papua yang selama ini hampir 50an lebih tahun yang masih menderi dibawah
tekanan aparat Militer Negara ini. Daerah Operasi militer (DOM) dengan
melancarkan seperti Operasi Sadar Tahun 1965 sampai 1967, operasi Bratayuda
tahun 1967 sampai 1969, Operasi Wibawa 1969, operasi militer Wamena 1977,
operasi sapu bersi I dan II tahun 1981 operasi galang I dan II, tahun 1982
operasi tungpas tahun 1983 sampai 1984 dan operasi sapu bersih tahun 1985,
operasi militer yang dilancarkan oleh Mapinduma tahun 1996 peristiwa
pelanggaran Ham di Wasior tahun 2001 dan operasih militer di Wamena tahun 2003,
operasi militer Puncak Jaya 2004. (Kordum JDP. Neles Tebay).
Kemerdekaan tercapai ketika kita
lebih jauh dari ketakutan. Untuk rakyat Papua
yang dikendalikan mesin politik Papua
oleh elit-elit Papua itu sendiri dengan tangan kanan dari rezim saat ini, menurut kami keinginan orang Papua
saat ini adala keadilan dan Kedamaian. Keadilan berarti Pengakuan kasih sayang
seadil-adilnya dan perdamaian berarti Penyelesaian Konflik Papua Indonesia Amerika
dan sekutunya.
Dan pembacaan actual yang telah
disampaikan oleh Serapung (Dian-Interfidel Aktivis JDP di jaringan lintas iman)
orang luar Papua menganggap bahwa orang Papua di cap sebagai Separatis, Opm, dll,
pada hal orang Papua adalah manusia sama dengan manusia lain didunia, mempunyai
harga diri memiliki Agama, Budaya dll, tetapi kenapa ada konflik belum selesai sampai
saat ini contohnya pelanggaran Ham yang terjadi sejak NKRI menginjak kaki
ditanah Papua awal pembuka Pelanggaran Ham denga Kekuatan Militer hanya karena
kepentingan ekonomi Pemodal Asing melalui Indonesia satu contoh juga
pelanggaran otonomi khusus adalah Pemekaran Wilayah dan masih banyak lagi
pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia yang kelihatan maupun tidak kelihatan
hanya untuk kepentingan pemodal Kapitalis Asing melalui Pemerintah NKRI.
Lalu kemudian dalam diskusi lepas
ada beberapa pertanyaan untuk kita semua adalah pertanyaan: Pertama apa akar
cabang ranting papua?.... Kedua potensi apa yang ada pada kami untuk melawan
ketidak adilan?..... Ketiga hambatan- hamabatan apa yang kita alami ?. Keempat
apa yang kita bangun atau kita lakukan?...
FOTO-FOTO KEGIATAN:
0 SILAKAN BERKOMENTAR :
silakan komentar anda!